Di Indonesia, perusahaan
ritel Hero tengah menghadapi kesulitan. Buntutnya, enam gerai Giant terpaksa
ditutup. Tentunya hal itu bakal berimbas kepada nasib para karyawannya.
Tak hanya di
Indonesia, rupanya bisnis retail konvensional secara global tengah menghadapi
kesulitan akibat persaingan dengan pasar online. Di Tiongkok, Carrefour,
raksasa ritel asal Prancis juga dipaksa mengakui ketatnya persaingan ritel
offline dengan online. Carrefour pun sampai melego 80 persen saham unit
bisnisnya ke perusahaan ritel elektronik di Tiongkok bernama Suning.com.
Sebagaimana
dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (25/6), Carrefour sepakat menjual unit
bisnisnya itu senilai EUR 620 juta atau setara USD 705 juta dalam bentuk tunai.
Transaksi itu mewakili nilai perusahaan Carrefour Tiongkok sebesar EUR 1,4
miliar atau berkisar di angka USD 1,6 miliar.
Carrefour di
Tiongkok gagal menyesuaikan diri dari gempuran perusahaan E-commerce. Dilegonya
80 persen saham unit bisnis Carrefour tak instan. Sebelumnya mereka memang
telah lama mencari pihak yang ingin membeli saham mereka di tengah penurunan
bisnisnya di Tiongkok selama bertahun-tahun.
Raksasa ritel
Carrefour di Indonesia berada di bawah kepemimilikan PT Trans Retail Indonesia
milik konglomerat Chairul Tanjung. Di Tiongkok, Carrefour masih mempertahankan
20 persen kepemilikannya dan mendapat dua dari tujuh kursi di Dewan Pengawas
Carrefour Tiongkok.
“Dengan mempertahankan
bagian itu, Carrefour akan dapat mempertahankan pijakan di pasar ritel yang
inovatif,†kata juru bicara perusahaan.
Sementara dilansir dari laman TechCrunch, ini bukan semata
cerita soal bisnis ritel saja, sudut pandang teknologi juga kuat mengingat
hubungan yang rumit dari pihak-pihak yang terlibat. Ini merupakan peringatan
akan kekuatan raksasa teknologi Tiongkok.
Suning diketahui memiliki hubungan dekat dengan Alibaba. Raksasa
e-commerce ini memiliki 20 persen saham di Suning dengan investasi senilai USD
4,6 miliar pada 2015. Suning pada gilirannya juga menginvestasikan USD 2 miliar
di Alibaba. Itu merupakan kesepakatan yang memulai strategi ‘ritel baru’
Alibaba.
Suning dimulai pada 1990 sebagai toko eceran alat rumah tangga
dan sekarang merupakan salah satu pengecer terbesar di Tiongkok dengan
jangkauan luas dan pangsa perdagangan elektronik yang mengikuti di belakang
Alibaba dan JD.com. Suning juga bekerja sama dengan Alibaba untuk menggabungkan
perdagangan offline dengan online beberapa tahun yang lalu. Namun, pasangan ini
secara bertahap mulai ‘menjauhkan diri’.
Suning tahun lalu menguangkan dan memotong sahamnya di Alibaba
dari 1,1 persen awal menjadi 0,51 persen. Sejak kesepakatan Suning, Alibaba
juga terus mendukung rantai ritel konvensional yang akan meningkatkan operasi
offline melalui kesepakatan raksasa seperti penawaran USD 2,88 miliar untuk Sun
Art pada 2017 lalu.
Dengan kata lain, Alibaba telah berubah dari sekutu menjadi
pesaing potensial Suning dalam ruang perdagangan omnichannel. Kesepakatan
Carrefour diperkirakan akan meningkatkan persaingan karena kehadiran ritel
Carrefour Tiongkok dapat meningkatkan jangkauan offline Suning.
Carrefour di Tiongkok diketahui memiliki 210 hypermarket dan 24
toserba dan menghasilkan USD 4,09 miliar tahun lalu. Suning, sementara itu, memiliki
lebih dari 8.880 toko yang terletak pada lebih dari 700 kota di Tiongkok.(jpc)