JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mendukung langkah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang menginginkan agar Indonesia harus kendalikan Harga Nikel, Batu Bara dan timah.
Menurut Mukhtarudin, kebijakan itu penting, karena negara dalam hal ini merupakan produsen utama komoditas tersebut.
“Artinya kita bisa kendalikan harga sendiri, dengan begitu dapat memberikan nilai tambah maksimal bagi perekonomian bangsa,” imbuh Mukhtarudin, Kamis 26 September 2024.
Wakil Ketua Fraksi Golkar DPR RI ini bilang salah satu langkah strategis yang telah diambil Menteri ESDM tersebut yakni untuk menghentikan ekspor bijih nikel atau ore nikel.
“Ya tentu Komisi VII DPR RI mendukung ya, karena keputusan tersebut diambil untuk mendorong hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” beber Mukhtarudin.
Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini mengaku bahwa hilirisasi industri nikel dan sumber daya alam (SDA) lainnya merupakan kunci dalam meningkatkan ekonomi nasional.
Menurut Mukhtarudin, kebijakan hilirisasi nikel telah membawa lonjakan besar bagi penerimaan negara. Pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai tersebut melonjak menjadi Rp520 triliun pada 2023.
“Apalagi potensi nikel kita Nomor satu di dunia,” ujar Mukharudin.
Mukhtarudin pun berharap para produsen agar pemanfaatan batubara sebagai komoditas unggulan, hal tersebut sejalan dengan peningkatan nilai tambah melalui program hilirisasi tanah Air.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa ke depan harga nikel, batu bara dan timah harus ditentukan oleh Indonesia sendiri.
“Saya pastikan, untuk harga timah, harga batu bara, harga nikel ke depan harus ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia,” kata Bahlil dalam dalam Green Initiative Conference 2024 di Jakarta.
Bahlil mengatakan Indonesia juga harus menjadi pemimpin dalam perekonomian regional, khususnya di ASEAN.
“Kita tidak boleh hanya menjadi pengikut, melainkan harus menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di kawasan ini,” kata Bahlil.
Langkah ini telah memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia. Setelah menghentikan ekspor bijih nikel, Indonesia berhasil membangun smelter, yang meningkatkan nilai ekspor nikel secara signifikan.
“Kita ini jangan menjadi, apa ya? Kita ini harus jadi lokomotif ASEAN, Bukan follower ASEAN. Ini sama dengan ketika kita menyetop ekspor ore nickel. Kita menyetop ekspor ore nikel, nikel ini kan sekarang kan menjadi sebuah komoditas critical mineral,” ujarnya.
Dia menyebutkan pada tahun 2017-2018, nilai ekspor nikel Indonesia hanya mencapai 3,3 miliar dolar AS. Namun, pada 2023-2024, nilai ekspor tersebut diperkirakan mencapai minimal 40 miliar dolar AS.
Dengan nilai ekspor yang mencapai 40 miliar dolar AS, Indonesia akan mendapatkan pemasukan sekitar Rp600 triliun, berdasarkan asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS. Ini juga menjadikan Indonesia sebagai eksportir terbesar industri hilirisasi nikel di dunia.
“Kita dibawa ke WTO (World Trade Organization), tapi apa yang terjadi begitu kita membangun smelter, nilai ekspor kita dari tahun 2017-2018, itu hanya 3,3 miliar dolar AS. Dan di 2023-2024, saya pastikan minimum 40 miliar dolar AS. Sekarang sudah 34 miliar dolar AS,” ucap Bahlil.
Menurut Bahlil keberhasilan itu tidak hanya meningkatkan posisi Indonesia di pasar global, tetapi juga memperkuat reputasi negara ini di hadapan China, Eropa, dan Amerika.
“Dalam waktu kurang dari lima tahun, Indonesia berhasil mengubah posisi strategisnya di pasar nikel global,” pungkas Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (tim)