Pada zaman modern ini, kita pasti sering membicarakan hal berbau edukasi seksual. Pada dasarnya, seks sudah menjadi bagian dalam diri manusia bahkan sejak zaman dahulu kala. Lalu mengapa seks dianggap tabu? khususnya di Indonesia.
Orang tua banyak mengungkapkan bahwa seks adalah konten untuk dewasa. Stigma ini perlu kita lepas sehingga dari Taman Kanak-Kanak, anak sudah mendapat pendidikan seks, dimulai dari rumah oleh orang tua itu sendiri.
Mengapa edukasi seksual menjadi sangat penting bagi anak-anak? Hal ini kita lakukan dengan harapan agar ketika anak mulai beranjak remaja, dia bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
ketika mendengar kata “penyimpangan seksual” hal yang pertama kali terpikirkan di benak kita adalah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Penyimpangan seksual itu sendiri sebenarnya ada banyak jenis, tidak melulu meluluhkan tentang homoseksual.
Ada beberapa penyimpangan seksual yang sudah banyak terjadi di masyarakat kita, seperti pedofilia dan hiperseks. Pedofilia adalah kejadian di mana seseorang yang sudah dikatakan dewasa dengan hubungan seksual dengan anak-anak yang masih berusia di bawah umur.
Sedangkan hiperseks adalah perasaan di mana seseorang tidak pernah merasa puas atau cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan. Penyimpangan seksual atau yang dikenal dengan paraphilia adalah fenomena di mana seseorang yang memiliki kecenderungan menyimpang atau tidak wajar dalam seks. Menurut Husnin et al., (2019) penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang-orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang tidak wajar.
Ada banyak sekali faktor seseorang dapat mengalami penyimpangan seksual yang bersifat psikologis atau kejiwaan seperti dari lingkungan, gaya hidup, pola pikir, dan traumatik yang pernah dialami seseorang.
Orang yang melakukan penyimpangan sosial kerap menolak perilaku mereka dari masyarakat, mereka biasanya akan dan menolak untuk mengakui karena hal itu merupakan tindakan yang menyimpang dari norma sosial.
Sudah banyak sekali kasus penyimpangan yang terjadi di kita, tetapi masih banyak orang yang tidak tanggap untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Teguh (2016) menyatakan bahwa mempersembahkan pendidikan seks yang tepat dapat mengubah perilaku seseorang mengetahui stimulus atau objek pencegahan penyimpangan, kemudian memiliki penilaian terhadap apa yang diketahui.
Proses selanjutnya akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) melalui proses kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan adaptasi. Bila adanya pendidikan seks, memungkinkan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pada seseorang sehingga penyimpangan seksual tidak terjadi lagi.
Jika tindakan penyimpangan terus terjadi tentu akan timbul. Dari sudut pandang kesehatan, penyimpangan yang akan mengkhawatirkan yakni penyimpangan seksual berupa seks bebas, penyebaran penyakit, kehamilan di luar nikah atau kehamilan tidak di kalangan remaja (Husnin et al., 2019). Ada banyak cara untuk menyimpang, dari cara yang paling dasar seperti hubungan yang melakukan penyimpangan, mengendalikan diri, dan membentengi diri dengan pengetahuan. Sedari anak-anak seharusnya para orang tua mengambil peran penting untuk memberikan pendidikan seks.
Menurut Bernadetha et al., (2020) orang tua disarankan untuk pertama kali mampu menjadi panutan yang dapat dilihat secara nyata oleh anak, selain itu menjadi panutan, untuk tujuan agar apa yang disampaikan dapat diterima dan selanjutnya diamalkan oleh anak, maka sebaiknya pendekatan secara pribadi perlu dilakukan.
Penting untuk orang tua menjaga keharmonisan, jangan sampai ada sikap saling menyalahkan antara ayah dan ibu, selalu berusahalah untuk satu pendapat dalam suatu hal yang menyangkut anak.
Orang tua juga harus bisa edukasi bahwa kesehatan reproduksi penting dan masyarakat wajib mengetahui bahwa penyimpangan seksual bisa saja menyebabkan PMS atau Penyakit Menular Seksual, penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual seperti HIV dan Sifilis merupakan dua Penyakit Menular Seksual yang sering terjadi di sekitar kita.
Referensi, Nadeak, B., Sormin, E., Naibaho, L., & Deliviana, E. (2020). Seksualitas dalam Pendidikan Dimulai di Rumah. Comunita Servizio, 2(1), 254–264.
https://doi.org/10.33541/cs.v2i1.1651 Yarza, HN, Maesaroh, Kartikawati, E. (2019). PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAMMENCEGAH PENYIMPANGAN SEKSUAL. Pengabdian Kepada Masyarakat, 16(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.21009/sarwahita.161.08
Umah, K., & Saputro, T. (2016). PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENCEGAHAN PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA REMAJA (Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Perilaku Penyimpangan Seksual Pada Remaja). Jurnal Komunitas Ners, 7(1), 71–76. https://doi.org/10.5281/j ners community.v7i1.116. (*)
(Nadya Nurina Fortuna, NIM 21512030 7111011, Mahasiswa S1 Psikologi – FISIP – Universitas Brawijaya)