Site icon Prokalteng

Kepribadian dan Sifat Asli Orang yang Suka Mencari Perkara di Media Sosial

Ilustrasi orang yang sedang bermain media sosial.(Pexels/cottonbro studio)

Media sosial telah menjadi tempat bagi banyak orang untuk berbagi pandangan, ide, dan pendapat.Melalui media sosial, interaksi tidak lagi terbatas oleh jarak atau waktu. Siapa pun bisa dengan mudah terhubung dan berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai belahan dunia.

Namun di balik sisi positifnya, ada juga sisi gelap yang muncul dari pengunaan media sosial.Di platform seperti Facebook, Twitter, atau Instagram, kita sering menemui orang-orang yang tampaknya selalu terlibat dalam konflik atau perdebatan sengit, bahkan ketika situasinya tidak perlu.

Mereka adalah individu yang gemar mencari perkara. Selalu siap untuk memancing keributan, memicu argumen, atau sekadar memperkeruh suasana dengan komentar provokatif.

Siapa sebenarnya mereka? Mengapa ada orang yang sepertinya menikmati membuat drama di dunia maya?

Dilansir dari Geediting.com, tujuh kepribadian dan sifat asli dari orang-orang yang gemar mencari perkara di media sosial. Dengan memahami ciri-ciri ini, kita bisa lebih waspada dan bijak dalam menghadapi mereka, serta menjaga pengalaman kita di dunia digital tetap positif.

  1. Mereka Cepat Bereaksi

Orang yang gemar mencari keributan di media sosial sering kali bereaksi dengan cepat terhadap setiap postingan atau komentar yang bertentangan dengan pandangan mereka.

Mereka tidak bisa menahan diri untuk langsung terlibat dalam perdebatan. Bahkan sebelum mereka benar-benar memahami konteks atau isi dari sebuah diskusi, mereka sudah siap dengan argumen tajam untuk menyerang atau mempertanyakan orang lain.

Cepat bereaksi ini menunjukkan bahwa mereka mungkin merasa bahwa mereka harus selalu ‘benar’ dan tidak ingin melewatkan kesempatan untuk membela pendapatnya, meskipun diskusi tersebut belum tentu penting bagi mereka.

Dalam banyak kasus, reaksi mereka berlebihan dan sering kali memicu konflik yang tidak perlu.

  1. Mereka Senang Berperan sebagai Pengacara Iblis

Seseorang yang hobi mencari perkara di media sosial sering kali berperan sebagai “pengacara iblis”.

Mereka senang mengambil sudut pandang yang bertentangan, bahkan jika itu tidak sesuai dengan keyakinan pribadi mereka.

Tujuan mereka? Mencari argumen dan memancing reaksi dari orang lain.Bagi mereka, berdebat bukanlah soal menemukan kebenaran atau solusi, melainkan soal memicu emosi dan membakar suasana.

Mereka kerap merasa bahwa peran mereka sebagai pengacara iblis, dalam arti memberi mereka kekuatan untuk menguji pemikiran orang lain, padahal kenyataannya, mereka hanya ingin memancing keributan.

  1. Mereka Tertarik pada Topik yang Kontroversial

Orang yang gemar memancing keributan di media sosial biasanya sangat tertarik pada topik-topik yang kontroversial. Mereka cenderung mengomentari isu-isu panas seperti politik, agama, atau masalah sosial yang sering kali memecah belah pendapat publik.

Bagi mereka, semakin kontroversial topiknya, semakin besar peluang untuk memancing reaksi emosional dari orang lain.

Diskusi yang seharusnya bisa dilakukan secara dewasa dan beradab sering kali berubah menjadi arena pertarungan kata-kata karena keberadaan mereka. Sifat mereka yang senang mencari topik panas ini memperlihatkan kecenderungan untuk menempatkan diri di pusat konflik dan perhatian.

  1. Mereka Gigih

Salah satu ciri paling mencolok dari orang yang suka mencari perkara di media sosial adalah kegigihan mereka. Ketika sudah terlibat dalam sebuah perdebatan, mereka akan terus berjuang sampai akhir.

Bahkan ketika lawan bicara mereka sudah berhenti merespons atau menganggap diskusi sudah selesai, mereka akan tetap gigih dalam mempertahankan argumen mereka atau mencari cara lain untuk melanjutkan konflik.

Mereka tidak mudah menyerah, dan inilah yang sering kali membuat perdebatan di media sosial menjadi berkepanjangan dan melelahkan.Sifat gigih ini menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu peduli dengan kesimpulan yang produktif, tetapi lebih fokus pada proses perdebatan itu sendiri.

  1. Mereka Cenderung Membesar-besarkan Masalah

Orang yang gemar mencari keributan di media sosial sering kali suka membesar-besarkan masalah. Sebuah komentar kecil bisa menjadi alasan bagi mereka untuk memulai perdebatan yang lebih besar.

Mereka juga cenderung melihat sesuatu dari sudut pandang yang ekstrem, sering kali mengubah hal-hal sepele menjadi isu besar yang memicu ketegangan.

Kecenderungan untuk membesar-besarkan ini tidak hanya membuat mereka tampak dramatis, tetapi juga menciptakan atmosfer yang tidak nyaman bagi orang lain. Mereka mungkin melakukannya untuk mendapatkan perhatian atau untuk menciptakan sensasi di antara audiens mereka di media sosial.

  1. Mereka Memiliki Kebutuhan untuk Kontrol

Orang yang senang mencari perkara di media sosial sering kali memiliki kebutuhan kuat untuk mengontrol percakapan atau suasana di dunia maya. Mereka ingin menjadi otoritas dalam setiap diskusi dan merasa bahwa pendapat mereka harus didengar di atas orang lain.

Mereka mungkin merasa superior dan ingin memastikan bahwa pandangan mereka adalah yang paling penting dan benar.Kebutuhan akan kontrol ini biasanya membuat mereka sulit untuk mendengarkan pendapat orang lain secara terbuka.

Sebaliknya mereka terus berusaha mendominasi percakapan dan memastikan bahwa mereka tetap menjadi pusat perhatian, bahkan jika itu berarti menciptakan konflik.

  1. Mereka Cenderung Kurang Memiliki Empati

Terakhir, orang yang gemar mencari keributan di media sosial biasanya kurang memiliki empati terhadap orang lain. Mereka tidak terlalu peduli dengan bagaimana perasaan lawan bicara mereka, selama mereka bisa memenangkan perdebatan.

Mereka juga jarang mempertimbangkan dampak emosional dari kata-kata atau tindakan mereka.

Kurangnya empati ini membuat mereka tampak dingin dan tidak peduli, terutama ketika perdebatan mulai menyentuh hal-hal pribadi atau emosional. Dalam banyak kasus, mereka lebih tertarik pada kemenangan argumen daripada menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.(jpc)

Exit mobile version