PROKALTENG.CO – Berperan sebagai ibu bukanlah perkara yang mudah untuk dijalani, dan terkadang dunia selalu menekankan pada mereka untuk selalu berperilaku positif.
Namun yang perlu kita sadari bahwa ibu juga hanya manusia dengan penuh keterbatasannya. Dia juga bisa marah, sedih, kecewa, dan tidak bisa memenuhi ekspektasi orang sekitar termasuk suami serta anak-anaknya.
Tapi dengan keterbatasan itu jangan membuat seorang ibu untuk mudah menyerah dalam melakukan perannya, karena mau bagaimanapun ia harus merawat diri, suami, serta anak-anaknya secara seimbang.
Melansir dari laman Ge Editing pada (18/10) jika kamu ingin berubah menjadi ibu yang lebih baik, ucapkan selamat tinggal pada 8 kebiasaan ini :
- Mengabaikan Perawatan Diri
Menjadi seorang ibu adalah peran yang menyita banyak waktu, dan sangat mudah untuk mencurahkan seluruh energinya kepada anak-anak sehingga tak jarang untuk melupakan diri sendiri.
Kita sering berpikir bahwa dengan memprioritaskan kebutuhan diri sendiri, artinya telah mengecewakan anak-anak. Tapi kenyataannya bukan seperti itu, menjadi ibu yang lebih baik sebenarnya dimulai dengan menjaga diri sendiri, meskipun pada awalnya terasa sulit.
- Mengutamakan Kesempurnaan
Terkadang seseorang selalu ingin berusaha menjadi ibu yang sempurna seperti pintar membuat kue, rajin membersihkan rumah, menjadi sukarelawan di sekolah, dan tetap berhasil mencapai karier yang sukses.
Namun suatu hari, ada kalanya mendapati anak-anak yang menangis karena dia merasa bahwa ibunya tidak pernah benar-benar hadir karena dengan kesibukan tersebut.
Pengejaran akan kesempurnaan telah menghilangkan hal yang paling dibutuhkan anak-anak, yakni kehadiran ibunya. Sulit untuk melepaskannya karena kita sering takut dihakimi atau dianggap kurang sempurna. Tapi percayalah, anak-anak akan lebih menghargai kehadiranmu daripada kesempurnaanmu.
- Hal-hal yang Terlalu Rumit
Seorang ibu terkadang sibuk merencanakan pesta ulang tahun yang rumit, menjadwalkan banyak kegiatan sepulang sekolah, atau terobsesi dengan setiap detail pola makan anak-anak agar mereka tumbuh dengan sehat. Lalu mereka berpikir bahwa dengan melakukan itu semua, sudah menjadi ibu yang baik.
Namun kenyataannya, dia hanya membuat semua hal menjadi rumit dan pada akhirnya timbul stres. Bahkan dengan menghilangkan kebiasaan rumit akan merasa menjadi ibu yang lebih baik.
Hal ini dapat memberikan ibu lebih banyak waktu, lebih sedikit stres, dan anak-anak akan menghargai kesederhanaannya.
- Kehilangan Minat
Setiap ibu selalu berpikir bahwa mendedikasikan seluruh waktu untuk anak-anak adalah ciri seorang ibu yang baik. Perlu menyadari bahwa dengan menekan nafsu sendiri, tidak hanya menyangkal kebahagiaan diri sendiri tetapi juga berpotensi menghambat perkembangan minat anak-anak.
Jadi, misalkan saat kamu membersihkan gitar lama, mulai menulis lagi, mengulik resep masakan, dan bahkan mulai berkebun. Kemudian hal tersebut akan menggiring anak-anak untuk memiliki minat yang sama dengan ibunya.
Mengucapkan selamat tinggal pada kehilangan minat tidak hanya menguntungkan dirimu tetapi juga berdampak positif pada anak-anak. Meskipun sulit menemukan waktu, ini penting bagi kamu dan anak-anak.
- Tidak Menetapkan Batasan
Ketika menjadi orang tua, mudah untuk membiarkan kebutuhan dan keinginan anak-anak untuk menentukan kehidupan kita. Dulu mungkin berpikir inilah yang dilakukan ibu yang baik dengan selalu mengutamakan anak-anak.
Namun kemudian menyadari bahwa dengan tidak menetapkan batasan, tidak hanya menguras tenaga tetapi juga mengajari anak-anak untuk mengabaikan kebutuhan ibunya.
Menetapkan batasan yang jelas, seperti waktu tertentu untuk bekerja, istirahat, dan bermain, bisa mengubah dinamika di rumah. Stres yang berkurang, lebih fokus, dan hal paling mengejutkan adalah ketika anak-anak juga lebih bahagia.
- Takut Gagal
Sebagai ibu, kita semua ingin melakukan yang terbaik untuk anak-anak. Tapi dalam upaya untuk menjadi ibu yang “terbaik”, sering mendapati diri bahwa seorang ibu sering takut gagal dan takut melakukan kesalahan.
Tapi perlu juga disadari bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan yang disebabkan oleh hal diluar kendali, maka cobalah untuk mulai membebaskan hati dan percayalah, ini adalah perubahan yang patut dilakukan meski awalnya terasa menakutkan.
- Mengabaikan Hubungan Orang Dewasa
Menjadi seorang ibu seringkali terasa seperti pekerjaan penuh waktu dan lembur. Sangat mudah untuk melupakan bahwa kita lebih dari sekedar ibu.
Ketika seorang ibu mendapati diri begitu asyik dengan kehidupan anak-anak, sehingga mengabaikan hubungan dengan teman-teman, pasangan, dan bahkan dengan diri sendiri.
Namun inilah yang penting untuk dipelajari, menjaga hubungan orang dewasa penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Ketika ibu mulai menginvestasikan waktu lagi dalam hubungan dewasanya, akan melihat perubahan positif dalam suasana hati, perspektif, dan bahkan dalam gaya pengasuhan.
Jadi berhentilah mengabaikan hubungan dewasa. Ini mungkin tampak sulit pada awalnya, tapi ini adalah perubahan yang akan membuat kamu menjadi ibu yang lebih baik dan lebih bahagia.
- Lupa Menikmati Peran sebagai Ibu
Dengan segala tanggung jawab dan tekanan menjadi seorang ibu, mudah untuk melupakan satu hal penting untuk menikmati perjalanan. Kita ingat begitu sibuk dengan jadwal, tugas, dan ekspektasi sehingga lupa menikmati momen indah menjadi seorang ibu.
Tapi kemudian tersadar, waktu terus berlalu dan anak-anak tumbuh dengan cepat. Saat itulah kita harus memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal pada kebiasaan lupa menikmati peran sebagai ibu.
Menjadi ibu yang lebih baik bukan hanya tentang melakukan sesuatu dengan benar, tapi juga tentang menikmati perjalanan dan menciptakan kenangan indah di sepanjang perjalanan.
Mengutip dari laman Nutriclub, untuk menjadi seorang ibu yang lebih baik memang tidak ada buku panduannya, tapi semua berawal dari growth mindset atau pertumbuhan pemikiran melalui cara yang relevan dengan 8 poin di atas.
Hal tersebut bisa belajar dari waktu ke waktu, sehingga kamu akan menemukan titik puncaknya untuk menjadi sosok ibu yang lebih baik bagi diri sendiri, anak-anak, pasangan, serta orang sekitar. (pri/jawapos.com)