Site icon Prokalteng

Sesalkan Aksi Pembakaran Simbol Negara, Ketua Gerdayak Bilang Begini

Yansen Binti. (Foto : Ist)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO-Insiden pembakaran foto Gubernur Kalteng H. Sugianto Sabran dan Wakil Gubernur Kalteng H. Edy Pratowo yang mengenakan baju dinas berlambang simbol negara saat aksi unjuk rasa mahasiswa, Selasa (25/10/2022) lalu, mendapat sorotan keras dari Ketua Ormas Gerakan Pemuda Dayak (Gerdayak) Kalteng, Yansen Binti.

Dirinya mengaku sangat menyesalkan dan menilai aksi mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Merdeka (Geram) itu, telah menghina simbol-simbol negara.

“Kami sangat menyayangkan sikap adik-adik mahasiswa yang membakar simbol-simbol negara. Kami ingatkan agar jangan terjadi lagi. Jangan mencontoh aksi anarkis unjuk rasa di luar sana, karena kita di sini menjunjung tinggi budaya Belum Bahadat dan falsafah Huma Betang,” ucap Yansen kepada media, usai mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94, Jumat (28/10/2022) kemarin.

Mantan Anggota DPRD Kalteng periode 2014-2019 itu juga mengingatkan kepada mahasiswa untuk bisa menyampaikan aspirasi dengan elegan atau melalui forum dialog. Sebab menurutnya, penyampaian aspirasi di depan publik tidak melanggar atau terikat dengan aturan hokum. Artinya, siapapun bisa menyampaikan pendapat dengan cara demokratis, namun harus tetap mengedepankan sopan santun, bermoral serta beretika.

“Terus terang sebagai anak pejuang, saya tidak terima kalau simbol-simbol negara dihina.  Kami tidak melarang penyampaian aspirasi, tapi sampaikan aspirasi dengan baik. Masyarakat kita Kalteng memiliki cara-cara musyawarah dan dialog dalam menyuarakan aspirasi. Di mana duduk bersama berdialog, bukan dengan cara anarkis membakar-bakar simbol negara atau menghina penjabat-penjabat negara,” ujarnya.

Dia lebih menegaskan bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa dan di pundak generasi muda terdapat tangungjawab pembangunan ke depan. Sehingga dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi di depan publik, diharapkan mahasiswa tidak menggunakan cara-cara yang dianggap anarkis.

“Mahasiswa adalah kaum terpelajar. Jadi jangan gunakan cara-cara anarkis dalam menyampaikan aspirasi atau pendapat, terlebih di Kalteng. Karena di Kalteng adalah Huma Betang, yakni mengedepankan semangat saling menghargai, hidup rukun,  musyawarah dan mufakat serta dialog,” pungkasnya.

 






Reporter: Marini
Exit mobile version