PROKALTENG.CO-Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan pemerintah daerah dan masyarakat harus mewaspadai varian Delta. Sebab, dapat memicu gelombang ketiga pandemi di Kalimantan Selatan (Kalsel).
”Langkah mitigasi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga yang dampaknya dapat lebih parah dari gelombang kedua yang telah dialami Kalsel,” ujar Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin seperti dilansir dari Antara di Banjarmasin.
Dia menjelaskan, Kalsel telah melalui lonjakan kasus pada gelombang pertama terjadi setelah liburan panjang Lebaran 2020, dengan puncaknya terjadi pada Juli. Kemudian ledakan yang lebih besar menghantam pada gelombang kedua setelah liburan panjang akhir tahun dan bencana banjir, dengan kasus tertinggi pada Maret 2021.
Sehingga untuk mencegah terjadinya ledakan kasus pada gelombang ketiga, menurut Muttaqin, langkah utama menurunkan tingkat mobilitas masyarakat baik lokal maupun antar kabupaten dan kota. Selain itu, memperketat pemeriksaan penduduk keluar masuk Kalsel dengan persyaratan hasil tes PCR.
”PPKM Mikro juga harus makin diketatkan baik dalam pengertian implementasi maupun dari sisi peraturan. Langkah mitigasi sangat penting untuk menjaga rumah sakit tidak kolaps dan korban kematian yang lebih besar dapat dihindarkan,” tutur Hidayatullah Muttaqin.
Dia menegaskan, situasi pandemi di Kalsel saat ini mengkhawatirkan. Sebab, terjadinya tren peningkatan kasus sejak pertengahan Juni hingga akhir bulan, dengan penduduk yang dikonfirmasi positif meningkat 35 persen dibanding paruh pertama Juni 2021. Kemudian jumlah kasus positif baru pada 5 hari pertama Juli sudah mencapai 45 persen banyaknya dibanding kasus yang terjadi sepanjang Juni.
Pertumbuhan kasus baru yang lebih tinggi ini mendorong meningkatnya kasus aktif di Kalsel dari 592 pada 15 Juni menjadi 1.075 orang pada 5 Juli. Peningkatan tersebut juga menunjukkan tingkat penularan Covid-19 sedang berkembang. Hal itu ditunjukkan dengan naiknya angka positivitas per minggu dari 13 persen pada 15 Juni menjadi 21 persen pada 4 Juli.
Dampak dari semakin banyaknya penduduk yang tertular adalah naiknya penggunaan tempat tidur khusus rumah sakit rujukan Covid-19. Pada 15 Juni, angka tingkat hunian tempat tidur hanya 23 persen, kemudian naik menjadi 34 persen pada 4 Juli.
”Jangan sampai kita mengalami situasi seperti Jakarta yang remuk dihantam varia Delta. Pengalaman Jakarta hanya perlu waktu dua minggu kasus positif meledak hingga 5 kali lipat dibandingkan kondisi di awal Juni,” terang Hidayatullah Muttaqin.