Site icon Prokalteng

Merokok Cara yang Digunakan Orang Jawa dalam Mempertahankan Martabat, Begini Historisnya

Lukisan karakter Roro Mendut dan lukisan potret Sultan Agung dari Mataram (Tokoh Indonesia)

PROKALTENG.CO– Menjadi negara dengan presentase jumlah perokok paling banyak di dunia, bagaimanakah awal dari menyebarnya barang ini di bumi nusantara?.

Rokok adalah salah satu komoditas terbesar yang menjadi bagian yang lekat dengan kehidupan masyarakat di Indonesia sejak jaman dahulu.

Bukan tanpa sebab negara ini menjadi “Surga Para Perokok”, dengan harga yang masih mampu dijangkau memungkinkan sebagian besar masyarakat dari berbagai kelas mampu menikmatinya.

Namun tahukah bahwa identitas rokok sebagai barang yang sangat digemari oleh mayoritas masyarakat Indonesia ini berawal dari sifat antikolonialisme dan upaya mempertahankan martabat bagi masyarakat Jawa di era Kolonial.

Sejarah Rokok di Nusantara

Perlu diketahui bersama bahwa meskipun rokok sangat populer di Indonesia, namun bahan dasarnya yakni tembakau bukanlah tanaman asli yang hidup di negeri ini.

Tembakau dibawa oleh para orang Eropa, dalam kasus ini diboyong oleh para pedagang Portugis dari Benua Amerika sekitar tahun 1600-an menuju kepulauan Nusantara.

Bahkan, nama dari ‘Tembakau’ sendiri diadopsi dari kata ‘Tumbaco’ yang berasal dari Portugis. Begitu sampai tanaman ini langsung ditanam sebagai komoditas baru oleh Pemerintah Kolonial.

Orang-orang Eropa di yang telah mengelana sampai Amerika pun mempelajari dan kemudian mengadopsi cara menghisap tembakau dari Suku Indian disana. Hal tersebut kemudian menyebarlah ke eropa-eropa yang tinggal di Nusantara.

Disini, kegiatan menghisap tembakau (kini merokok) mulai diperkenalkan ke masyarakat pribumi lokal. Para bangsawan atau priyayi yang memang kerap berinteraksi dengan Belanda pun mulai menyukai sensasi dari rokok yang memang menagihkan.

Banyak bangsawan Jawa yang diketahui memiliki kebiasaan untuk menghisap tembakau ini. Lewat berbagai catatan sejarah VOC dan karya sastra Babad ing Sangkala pun mengonfirmasi hal tersebut.

Salah satu yang cukup tersorot menghisap rokok adalah Sultan Agung. Dalam berbagai kesempatan, tokoh Raja Mataram ini diketahui merokok ketika menerima utusan-utusan kenegaraan ataupun sekedar memperhatikan latihan perang di keratonnya.

Para pakar dan sejarawan menyebut kegiataan merokok oleh raja-raja Jawa ini bukan hanya dilandasi oleh kesenangan semata, lebih dari itu merokok adalah cara untuk mempertahankan martabat bangsa dihadapan bangsa lainnya.

Lewat merokok, sebagai kegiatan yang dilakukan oleh para Eropa pada masa itu, Raja Jawa seperti Sultan Agung membangun persamaan yang setara antara bangsanya dengan orang-orang Eropa.

Hal tersebut, selain baik untuk hubungan komunikasi politik bagi bangsa ini, juga menghilangkan rasa inferior atau terjajah sebagai bangsa yang memiliki harga diri.

Dari sisi psikologi juga memperlihatkan bahwa negosiasi yang dirundingkan akan berjalan lancar, sebab dengan keadaan yang setara, orang-orang Belanda tak akan meremehkan kita sebagai bangsa yang terjajah. (jpg)

 

Exit mobile version