PROKALTENG.CO – Masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa, terutama generasi Z, semakin menjadi perhatian serius. Rentannya tekanan psikologis di usia muda membuat sejumlah kampus bergerak cepat menyediakan layanan konseling. Salah satu terobosan menarik dilakukan LSPR Institute Jakarta yang menyediakan akses konsultasi hanya lewat QR Code di toilet kampus.
Pendekatan ini dianggap efektif karena banyak mahasiswa mencari ruang pribadi saat mengalami stres.
“Mahasiswa kalau lagi galau atau banyak pikiran, biasanya ke toilet,” kata Executive Director LSPR Institute, Ghina Amani Kemal Gani, di Jakarta.
Setiap pintu toilet dipasangi QR Code yang langsung terhubung dengan Student Guide Office (SGO), unit layanan kampus yang fokus pada pendampingan psikologis mahasiswa. Cukup dengan memindai kode tersebut, mahasiswa bisa langsung tersambung dengan dosen pembimbing atau bahkan membuat janji konseling dengan psikolog.
SGO sendiri diisi oleh beberapa dosen senior dan psikolog profesional.
“Mahasiswa yang sedang galau atau ada masalah dalam pikirannya, cukup dengan scan sudah terhubung,” jelas Ghina.
Founder dan CEO LSPR Institute, Prita Kemal Gani, juga menyoroti pentingnya pendampingan mental, mengingat usia mahasiswa saat ini makin muda. Banyak di antaranya yang baru berusia 17 hingga 18 tahun saat mulai kuliah.
“Anak-anak yang kuliah di sini mulai umur 17 tahun. Zaman saya dulu (mulai kuliah) 19 tahun,” ujar Prita, Kamis (17/7).
Ia menambahkan, generasi sekarang banyak yang sudah menyandang gelar sarjana di usia 21 atau 22 tahun. “Di masa saya dulu, rata-rata lulus (sarjana) usia 25 tahun. Secara mental lebih kuat,” sambungnya.
Selain usia muda, mahasiswa Gen Z juga hidup dalam era serba digital dan teknologi kecerdasan buatan. Meski terlihat lemah dari luar, Prita menilai mereka punya sisi kekuatan, termasuk solidaritas dan empati tinggi.
“Mereka kelihatannya lemah. Tapi sebenarnya punya sisi-sisi yang kuat juga,” tuturnya. Ia mencontohkan, rasa tolong-menolong dan kekompakan Gen Z seringkali jadi penyebab banyak isu sosial menjadi viral di media sosial.
LSPR sendiri menyiapkan sistem pendampingan mental secara komprehensif. Selain SGO, kampus juga membentuk peer group agar mahasiswa yang sedang menghadapi tekanan psikologis tidak merasa sendirian.
“Misalnya ada yang sedang punya masalah dengan keluarga atau bahkan pacar,” ujarnya.
Inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen LSPR terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa, sekaligus mendukung capaian prestasi akademik. Komitmen tersebut berbuah penghargaan bergengsi dari World University Rankings for Innovation (WURI), di mana LSPR menempati: Peringkat 1 dunia untuk kategori Crisis Management, Peringkat 2 dunia untuk Student Support & Engagement, dan peringkat 3 dunia dalam kategori SDG-Based Responses to Global Challenges. (jpg)