26.7 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

PKB Kalteng Sarankan Menag Yaqut Segera Minta Maaf

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Banyak pihak yang menyayangkan dan mempertanyakan pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut yang menganalogikan gonggongan anjing saat menjelaskan tentang pengaturan azan menggunakan toa. Ketua DPW PKB Kalteng Habib Ismail bin Yahya pun tidak luput dari pertanyaan para ulama dan kader PKB terkait perihal tersebut.

“Setelah sekian banyak pertanyaan terkait Gus Yaqut, saya hanya bisa menyampaikan dan menyarankan, kedepan nanti Bapak Menag harus lebih berhati-hati dalam berbicara apalagi menganalogikan sesuatu dengan yang kurang tepat. Memang kita tahu ini bukan kesengajaan, dan walau ini bukan kesengajaan dan bukan niat melecehkan agama, tetapi persepsi orang kan berbeda dan mereka punya pendapat masing-masing terkait anologi gonggongan anjing saat menjelaskan tentang aturan azan dengan toa,” kata Habib Ismail bin Yahya, Jumat (25/2).

Baca Juga :  Pecat 5 Anggota, Kapolda: Tidak Ada Toleransi Bagi Pelaku Narkoba

Dia juga sangat menyayangkan, mengapa Menteri Agama menganalogikan dengan mengambil contoh gonggongan anjing. Tentu hal itu menyakitkan umat Islam.

“Kami menyarakan agar Menag minta maaf kepada umat Islam dan warga negara Indonesia pada umumnya. Tidak perlu lah klarifikasi-klarifikasi dengan mengatakan tidak berniat dan bermaksud melecehkan, yang pada akhirnya justru menambah keruh suasana, karena niat itu hanya dia dan Allah SWT yang tau,” tegasnya.

Habib Ismail juga meminta agar, Menag segera istighfar dan memohon maaf dengan tulus. “Saran saya, Menag segera istighfar dan mohon maaf kepada warga negara Indonesia, khususnya umat Islam yang terpukul karena azan dianalogikan dengan gonggongan anjing,” tukasnya.

Baca Juga :  Bandel!!! 111 Pelanggar Prokes Terjaring Operasi Yustisi

Menurut Habib, Menag dan Wapres terdahulu juga telah berupaya mengatur penggunaan toa saat azan. Itu kami anggap sdh cukup membangun kesadaran bersama. “Kami sepakat dengan Gus Muhaimin agar itu dikembalikan kepada kearifan lokal, biarkan masyarakat yang mengatur dgn kesadaran masing-masing.

Banyak urusan lain yang perlu dipikirkan, khususnya tentang pendidikan keagamaan untuk seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.






Reporter: Arjoni

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Banyak pihak yang menyayangkan dan mempertanyakan pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut yang menganalogikan gonggongan anjing saat menjelaskan tentang pengaturan azan menggunakan toa. Ketua DPW PKB Kalteng Habib Ismail bin Yahya pun tidak luput dari pertanyaan para ulama dan kader PKB terkait perihal tersebut.

“Setelah sekian banyak pertanyaan terkait Gus Yaqut, saya hanya bisa menyampaikan dan menyarankan, kedepan nanti Bapak Menag harus lebih berhati-hati dalam berbicara apalagi menganalogikan sesuatu dengan yang kurang tepat. Memang kita tahu ini bukan kesengajaan, dan walau ini bukan kesengajaan dan bukan niat melecehkan agama, tetapi persepsi orang kan berbeda dan mereka punya pendapat masing-masing terkait anologi gonggongan anjing saat menjelaskan tentang aturan azan dengan toa,” kata Habib Ismail bin Yahya, Jumat (25/2).

Baca Juga :  Pecat 5 Anggota, Kapolda: Tidak Ada Toleransi Bagi Pelaku Narkoba

Dia juga sangat menyayangkan, mengapa Menteri Agama menganalogikan dengan mengambil contoh gonggongan anjing. Tentu hal itu menyakitkan umat Islam.

“Kami menyarakan agar Menag minta maaf kepada umat Islam dan warga negara Indonesia pada umumnya. Tidak perlu lah klarifikasi-klarifikasi dengan mengatakan tidak berniat dan bermaksud melecehkan, yang pada akhirnya justru menambah keruh suasana, karena niat itu hanya dia dan Allah SWT yang tau,” tegasnya.

Habib Ismail juga meminta agar, Menag segera istighfar dan memohon maaf dengan tulus. “Saran saya, Menag segera istighfar dan mohon maaf kepada warga negara Indonesia, khususnya umat Islam yang terpukul karena azan dianalogikan dengan gonggongan anjing,” tukasnya.

Baca Juga :  Bandel!!! 111 Pelanggar Prokes Terjaring Operasi Yustisi

Menurut Habib, Menag dan Wapres terdahulu juga telah berupaya mengatur penggunaan toa saat azan. Itu kami anggap sdh cukup membangun kesadaran bersama. “Kami sepakat dengan Gus Muhaimin agar itu dikembalikan kepada kearifan lokal, biarkan masyarakat yang mengatur dgn kesadaran masing-masing.

Banyak urusan lain yang perlu dipikirkan, khususnya tentang pendidikan keagamaan untuk seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.






Reporter: Arjoni

Terpopuler

Artikel Terbaru