PROKALTENG.CO-Awal tahun 2021 di Kalsel terjadi banjir besar. Bencana in menelan korban jiwa sebanyak 35 orang dan 633.732 jiwa lain yang terdampak. Banyak pihak yang berspekulasi terkait penyebab banjir. Hampir setahun setelahnya, akhirnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan kajian dan rencana aksi agar banjir tidak terulang lagi.
Kajian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan ini adalah kajian pengamanan lingkungan hidup berbasis ekoregion.
Dalam eksposenya, Sekretaris Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Hanif Faisol Nurafiq menyampaikan, sepanjang tahun 2018-2020 tadi, banjir terjadi sebanyak 73 kali. Namun banjir awal tahun 2021 adalah yang terbesar. “Banjir yang terjadi awal tahun 2021 tadi adalah yang terbesar yang menimpa 10 kabupaten dan kota di Kalsel. Tak hanya kerugian ekonomi, juga infrastruktur bahkan menelan korban jiwa,” paparnya.
Dalam kajian pihaknya, jumlah desa yang terdampak banjir paling banyak di kawasan hilir daerah aliran sungai (DAS) Barito. “Ketinggian banjir bervariasi hingga kurang lebih 15 meter di atas permukaan laut yang tersebar dari hulu dan hilir dengan konsentrasi air banyak di sempadan sungai atau riparian sungai,” ungkapnya.
Lalu apa hasil kajian mereka agar tak terjadi lagi banjir besar di Kalsel seperti lalu? Hanif mengungkapkan, perlu tiga rencana aksi, yang meliputi tindakan vegetatif, rekayasa sipil teknis dan dukungan peraturan dan kebijakan.
Untuk tindakan vegetatif sebutnya, harus dilakukan penanaman vegetasi yang mampu menyerap air, menanam pohon endemik Kalimantan dan pemilihan vegetasi fast growing.
Tindakan vegetatif dilakukan DAS Barito Kalsel bagian hulu, tengah dan hilir, tindakan yang harus diambil adalah berupa restorasi hutan termasuk di hutan produksi. Selain itu perlu penambahan vegetasi di kawasan permukiman, pertanian dan perkebunan hingga reklamasi pasca tambang.
Sementara pada rekayasa sipil, rencana aksi meliputi, pembangunan bendungan, kolam kontrol, gully Plug, normalisasi sungai dan rehabilitasi sungai. Di tindakan pembangunan bendungan, ada 5 yang direkomendasikan. Tiga di hulu DAS Barito dan dua di tengah DAS Barito.
Selain bendungan, rekomendasi KLHK juga pembangunan dua bendung di hulu DAS Barito dan satu bendung di tengah DAS Barito. “Kami rekomendasikan juga 10 kolam retensi, sembilan di hulu dan satu di tengah DAS Barito,” kata Hanif.
Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar mengatakan, kajian KLHK ini dapat menjadi solusi atas bencana banjir di Kalsel, khususnya banjir besar awal tahun tadi. “Kajian ini penting karena rencana aksi yang termuat didalamnya akan menjadi rekomendasi terhadap kebijakan daerah,” katanya.
Dia menegaskan, Pemprov juga sudah melakukan berbagai upaya percepatan pemulihan lingkungan pasca banjir lalu melalui beberapa kegiatan yang melibatkan berbagai sektor atau SKPD terkait. “Kajian ini akan semakin menambah fokus kita dalam menangani permasalahan banjir di Kalsel,” tandasnya.
Sudah 351 Rumah Terendam Selama November
SEMENTARA ITU, meningkatnya intensitas hujan akhir-akhir ini membuat sejumlah daerah di Banua diterjang banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel mendata, selama November 2021 ini sudah ada 351 rumah yang terendam.
Kabid Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kalsel, Abriansyah Alam mengatakan, ratusan rumah yang terendam tersebut berada di dua kabupaten. Yakni, Balangan dan Tabalong. "Untuk daerah Banjarmasin dan Banjarbaru laporan dari BPBD-nya tidak ada, karena air pasang hanya sesaat," katanya.
Dia merincikan, rumah yang terendam pada bulan ini paling banyak di Balangan, jumlahnya mencapai 231. "Sedangkan di Tabalong ada 120 rumah yang terendam. Semuanya di Desa Banyu Tajun, Kecamatan Tanjung pada 8 November tadi," rincinya.
Kemudian rumah terendam di Balangan ucap Abri, tersebar di tiga desa di Kecamatan Batu Mandi. Yakni, di Desa Riwa (31 rumah), Desa Kasai (15 rumah) dan Desa Kaladan (185 rumah). "Semuanya terendam pada 10 November," ucapnya.
Sementara itu, Sekdaprov Kalsel Roy Rizali Anwar menyampaikan, semua daerah yang rawan bencana sudah mereka petakan. Bahkan, beberapa kabupaten telah menetapkan siaga darurat banjir.
Di samping itu, dia menuturkan, upaya mitigasi bencana dengan merencanakan tempat penampungan dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana juga sudah direncanakan.
Meski begitu, Roy meminta agar pemerintah kabupaten/kota lebih aktif lagi dalam mengantisipasi menghadapi bencana banjir dan tanah longsor pada musim penghujan ini.
Di sisi lain, Sekretaris Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK RI, Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan, KLHK telah membelanjakan Rp4 miliar untuk kaji cepat antisipasi banjir di Kalsel dan Rp 3,5 miliar untuk kaji detil.
Bahkan, ujarnya dari Dirjen PDASHL juga sudah menggelontorkan ratusan miliar untuk menggeser penanaman vegetasi untuk mengurangi dampak banjir di Kalsel.
Hanif menyebut, lanskap di Kalimantan Selatan memang sangat rawan. Karena hanya tahan menampung curah hujan kurang dari 60 milimeter. "Sehingga kalau hujan lebih dari 100 milimeter saja akan banjir," sebutnya.
Karenanya antisipasi banjir tambah Hanif tidak bisa hanya dengan mengandalkan pohon. Menurutnya perlu pembenahan aliran sungai yang juga menjadi wadah penampungan air hujan.
"Kita perlu sekali wadah penampungan air itu, mulai dari perbanyak embung dan pembenahan aliran sungai Martapura. Khususnya yang sudah mulai menyempit dan mendangkal," pungkasnya.