28.8 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Pemanfaatan Sel Punca untuk Atasi Jantung Koroner

HARI Ini, Tanggal 29 September 2021, diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) dengan tema Use Heart to Connect. Tema itu merupakan ajakan untuk turut berperan dalam mengatasi permasalahan penyakit kardiovaskular. Dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan, mengajak untuk bersama-sama saling peduli dan terus memotivasi diri sendiri, orang-orang terdekat, serta komunitas melalui pemanfaatan media dan teknologi informasi. Melalui tulisan ini, kami akan berbagi keterbaruan penanganan penyakit jantung koroner (PJK) sebagai bagian dari upaya mengurangi kematian dan kecacatan akibat penyakit kardiovaskular.

Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dengan angka kematian hingga 18,6 juta per tahun. Penyebab penyakit ini sangat beragam. Merokok, diabetes melitus, tekanan darah tinggi, obesitas, hingga kelainan genetik.

Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, data menyebutkan, lebih dari 500 juta penduduk dunia hidup dengan penyakit kardiovaskular dan mereka memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk tertular virus serta mengalami gejala yang lebih berat. Pandemi juga membuat banyak penderita takut untuk kontrol rutin, bahkan ke unit gawat darurat. Membuat keterlambatan penanganan dan peningkatan angka kematian. Itu menegaskan kembali permasalahan penyakit kardiovaskular yang semakin nyata.

PJK merupakan penyakit kardiovaskular yang paling banyak ditemukan. Penyakit tersebut ditandai dengan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung sehingga mengakibatkan fungsi jantung tidak optimal. Terapi PJK masih menjadi tantangan besar bagi dunia kedokteran. Tata laksana yang tepat tidak hanya bertujuan menurunkan kematian, tapi juga angka kesakitan dan beban ekonomi yang harus ditanggung negara akibat kematian dan penurunan kualitas hidup pasien PJK. Berbagai penelitian dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi masalah ini, antara lain dengan pengembangan obat-obatan dan tindakan intervensi.

Intervensi koroner perkutan (pemasangan ring jantung) menjadi salah satu pilihan terapi PJK yang dalam dua dekade terakhir berkembang sangat pesat. Pemasangan ring terbukti mampu mengembalikan aliran darah koroner jantung yang sebelumnya mengalami penyumbatan sehingga dapat memperbaiki fungsi jantung. Pemasangan ring juga terbukti dapat memperbaiki gejala dan kualitas hidup pasien PJK.

Baca Juga :  Mewaspadai Gelombang Pengemis

Namun, di balik semua kelebihan tersebut, masih ada kemungkinan komplikasi yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah jejas dinding pembuluh darah akibat manipulasi tindakan saat prosedur pemasangan ring, yang akhirnya mengakibatkan penyumbatan berulang pada pembuluh darah koroner atau terbentuknya bekuan darah setelah tindakan pemasangan ring jantung.

Selain itu, tidak semua pasien PJK dapat diobati dengan pemasangan ring maupun terapi revaskularisasi lain (misalnya operasi jantung bypass). Penyempitan pembuluh darah yang kompleks, berbagai penyakit penyerta (gagal ginjal, diabetes, hipertensi), maupun faktor usia dapat membatasi efektivitas prosedur revaskularisasi dan akhirnya pasien tersebut menghadapi kondisi no option treatment. Hal-hal itu merupakan suatu masalah yang harus kita teliti dan temukan solusinya bersama.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa timbulnya penyempitan pembuluh darah koroner berkaitan dengan adanya disfungsi sel dinding pembuluh darah (endotel). Sehingga untuk terapi PJK dibutuhkan upaya menjaga sel dinding pembuluh darah tetap optimal. Termasuk fungsi keseimbangan antara pembekuan dan pengenceran darah, penurunan proses peradangan pada pembuluh darah, pencegahan kerusakan struktur pembuluh darah (remodeling), serta pembentukan pembuluh darah baru yang optimal. Fungsi-fungsi tersebut ternyata dapat diperantarai oleh sel punca pembuluh darah (endothelial progenitor cells/EPC).

Sel punca pembuluh darah ini dapat berperan sebagai terapi regeneratif, yakni memicu pembentukan pembuluh darah baru maupun menjaga keseimbangan fungsi sel dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, pemanfaatan sel tersebut diharapkan mampu memberikan hasil yang menggembirakan dalam tata laksana PJK.

Penelitian yang kami lakukan ternyata membuktikan bahwa sel punca pembuluh darah dapat ditingkatkan jumlah ataupun fungsinya. Penelitian dilakukan melalui pemberian hormon pertumbuhan yang mampu meningkatkan kemampuan pertumbuhan dan perubahan sel punca menjadi sel dinding pembuluh darah. Sel punca pembuluh darah juga dapat ditingkatkan oleh obat-obatan PJK, seperti statin (obat penurun kolesterol) dan penghambat ACE (obat hipertensi dan gagal jantung). Pada penelitian yang kami lakukan, beberapa bahan tradisional yang sering digunakan masyarakat Indonesia, misalnya ekstrak bawang putih dan ubi ungu, ternyata juga dapat meningkatkan jumlah dan fungsi sel punca pembuluh darah.

Baca Juga :  Pelayanan Terpadu untuk Warga Desa

Pemanfaatan sel punca pembuluh darah sebagai terapi PJK juga dapat secara langsung diberikan melalui penyuntikan pada pembuluh darah koroner. Alternatif lain adalah melapisi permukaan ring jantung dengan sel punca pembuluh darah, yang akan meminimalkan kerusakan dinding pembuluh darah saat pemasangan ring.

Upaya optimalisasi sel punca pembuluh darah ini kami harapkan dapat menurunkan derajat keparahan PJK maupun penyakit penyertanya seperti hipertensi, diabetes, dan hiperkolesterol yang berkaitan dengan kadar sel punca pembuluh darah yang rendah. Sudah saatnya kita tidak hanya melakukan tindakan pengobatan, tetapi mulai beralih ke upaya pencegahan dengan upaya peningkatan sel punca pembuluh darah.

Beberapa waktu terakhir muncul opsi terapi regeneratif lain yaitu sekretom (secretome). Penggunaan sekretom yang bersifat bebas sel diharapkan mampu menjawab dan menutupi kekurangan dari terapi sel punca. Penggunaan sekretom juga dapat meningkatkan penambahan dan pembentukan pembuluh darah baru, bahkan meningkatkan fungsi pompa jantung dengan melindungi sel otot jantung dari kematian.

Perkembangan dunia kedokteran begitu dinamis dan ruang bagi inovasi baru masih terbuka luas. Penulis memahami bahwa penelitian yang telah dilakukan belum dapat menjamah keseluruhan potensi yang dimiliki oleh sel punca maupun sekretom sebagai opsi tata laksana PJK. Semoga pembahasan ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi kita semua dalam pengembangan terapi regeneratif, khususnya dalam usaha untuk mengatasi beban penyakit kardiovaskular. (*)

 

YUDI HER OKTAVIONO, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

HARI Ini, Tanggal 29 September 2021, diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) dengan tema Use Heart to Connect. Tema itu merupakan ajakan untuk turut berperan dalam mengatasi permasalahan penyakit kardiovaskular. Dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan, mengajak untuk bersama-sama saling peduli dan terus memotivasi diri sendiri, orang-orang terdekat, serta komunitas melalui pemanfaatan media dan teknologi informasi. Melalui tulisan ini, kami akan berbagi keterbaruan penanganan penyakit jantung koroner (PJK) sebagai bagian dari upaya mengurangi kematian dan kecacatan akibat penyakit kardiovaskular.

Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dengan angka kematian hingga 18,6 juta per tahun. Penyebab penyakit ini sangat beragam. Merokok, diabetes melitus, tekanan darah tinggi, obesitas, hingga kelainan genetik.

Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, data menyebutkan, lebih dari 500 juta penduduk dunia hidup dengan penyakit kardiovaskular dan mereka memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk tertular virus serta mengalami gejala yang lebih berat. Pandemi juga membuat banyak penderita takut untuk kontrol rutin, bahkan ke unit gawat darurat. Membuat keterlambatan penanganan dan peningkatan angka kematian. Itu menegaskan kembali permasalahan penyakit kardiovaskular yang semakin nyata.

PJK merupakan penyakit kardiovaskular yang paling banyak ditemukan. Penyakit tersebut ditandai dengan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung sehingga mengakibatkan fungsi jantung tidak optimal. Terapi PJK masih menjadi tantangan besar bagi dunia kedokteran. Tata laksana yang tepat tidak hanya bertujuan menurunkan kematian, tapi juga angka kesakitan dan beban ekonomi yang harus ditanggung negara akibat kematian dan penurunan kualitas hidup pasien PJK. Berbagai penelitian dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi masalah ini, antara lain dengan pengembangan obat-obatan dan tindakan intervensi.

Intervensi koroner perkutan (pemasangan ring jantung) menjadi salah satu pilihan terapi PJK yang dalam dua dekade terakhir berkembang sangat pesat. Pemasangan ring terbukti mampu mengembalikan aliran darah koroner jantung yang sebelumnya mengalami penyumbatan sehingga dapat memperbaiki fungsi jantung. Pemasangan ring juga terbukti dapat memperbaiki gejala dan kualitas hidup pasien PJK.

Baca Juga :  Mewaspadai Gelombang Pengemis

Namun, di balik semua kelebihan tersebut, masih ada kemungkinan komplikasi yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah jejas dinding pembuluh darah akibat manipulasi tindakan saat prosedur pemasangan ring, yang akhirnya mengakibatkan penyumbatan berulang pada pembuluh darah koroner atau terbentuknya bekuan darah setelah tindakan pemasangan ring jantung.

Selain itu, tidak semua pasien PJK dapat diobati dengan pemasangan ring maupun terapi revaskularisasi lain (misalnya operasi jantung bypass). Penyempitan pembuluh darah yang kompleks, berbagai penyakit penyerta (gagal ginjal, diabetes, hipertensi), maupun faktor usia dapat membatasi efektivitas prosedur revaskularisasi dan akhirnya pasien tersebut menghadapi kondisi no option treatment. Hal-hal itu merupakan suatu masalah yang harus kita teliti dan temukan solusinya bersama.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa timbulnya penyempitan pembuluh darah koroner berkaitan dengan adanya disfungsi sel dinding pembuluh darah (endotel). Sehingga untuk terapi PJK dibutuhkan upaya menjaga sel dinding pembuluh darah tetap optimal. Termasuk fungsi keseimbangan antara pembekuan dan pengenceran darah, penurunan proses peradangan pada pembuluh darah, pencegahan kerusakan struktur pembuluh darah (remodeling), serta pembentukan pembuluh darah baru yang optimal. Fungsi-fungsi tersebut ternyata dapat diperantarai oleh sel punca pembuluh darah (endothelial progenitor cells/EPC).

Sel punca pembuluh darah ini dapat berperan sebagai terapi regeneratif, yakni memicu pembentukan pembuluh darah baru maupun menjaga keseimbangan fungsi sel dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, pemanfaatan sel tersebut diharapkan mampu memberikan hasil yang menggembirakan dalam tata laksana PJK.

Penelitian yang kami lakukan ternyata membuktikan bahwa sel punca pembuluh darah dapat ditingkatkan jumlah ataupun fungsinya. Penelitian dilakukan melalui pemberian hormon pertumbuhan yang mampu meningkatkan kemampuan pertumbuhan dan perubahan sel punca menjadi sel dinding pembuluh darah. Sel punca pembuluh darah juga dapat ditingkatkan oleh obat-obatan PJK, seperti statin (obat penurun kolesterol) dan penghambat ACE (obat hipertensi dan gagal jantung). Pada penelitian yang kami lakukan, beberapa bahan tradisional yang sering digunakan masyarakat Indonesia, misalnya ekstrak bawang putih dan ubi ungu, ternyata juga dapat meningkatkan jumlah dan fungsi sel punca pembuluh darah.

Baca Juga :  Pelayanan Terpadu untuk Warga Desa

Pemanfaatan sel punca pembuluh darah sebagai terapi PJK juga dapat secara langsung diberikan melalui penyuntikan pada pembuluh darah koroner. Alternatif lain adalah melapisi permukaan ring jantung dengan sel punca pembuluh darah, yang akan meminimalkan kerusakan dinding pembuluh darah saat pemasangan ring.

Upaya optimalisasi sel punca pembuluh darah ini kami harapkan dapat menurunkan derajat keparahan PJK maupun penyakit penyertanya seperti hipertensi, diabetes, dan hiperkolesterol yang berkaitan dengan kadar sel punca pembuluh darah yang rendah. Sudah saatnya kita tidak hanya melakukan tindakan pengobatan, tetapi mulai beralih ke upaya pencegahan dengan upaya peningkatan sel punca pembuluh darah.

Beberapa waktu terakhir muncul opsi terapi regeneratif lain yaitu sekretom (secretome). Penggunaan sekretom yang bersifat bebas sel diharapkan mampu menjawab dan menutupi kekurangan dari terapi sel punca. Penggunaan sekretom juga dapat meningkatkan penambahan dan pembentukan pembuluh darah baru, bahkan meningkatkan fungsi pompa jantung dengan melindungi sel otot jantung dari kematian.

Perkembangan dunia kedokteran begitu dinamis dan ruang bagi inovasi baru masih terbuka luas. Penulis memahami bahwa penelitian yang telah dilakukan belum dapat menjamah keseluruhan potensi yang dimiliki oleh sel punca maupun sekretom sebagai opsi tata laksana PJK. Semoga pembahasan ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi kita semua dalam pengembangan terapi regeneratif, khususnya dalam usaha untuk mengatasi beban penyakit kardiovaskular. (*)

 

YUDI HER OKTAVIONO, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Terpopuler

Artikel Terbaru