26.6 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Optimisme dan Tantangan Ekonomi 2021

KITA sudah berada di triwulan I 2021. Tak terasa, hampir
setahun pandemi Covid-19 melanda dengan segala dampaknya. Namun, rasanya kita
patut menghadapi tahun ini dengan harapan yang lebih baik. Tiongkok, Amerika
Serikat, Turki, Brasil, dan beberapa negara di Eropa telah menjalankan program
vaksinasi dengan progres yang baik. Mudah-mudahan program vaksinasi yang
dicanangkan pemerintah segera berjalan masif, menjangkau lebih dari 181 juta
penduduk setahun ini.

Ada beberapa argumentasi kenapa kita patut optimistis tahun
ini. Pertama, program vaksinasi cegah Covid-19 telah dipersiapkan dengan matang
dan secara bertahap akan menjangkau seluruh rakyat Indonesia. APBN 2021
menganggarkan program kesehatan cegah Covid-19 sebesar Rp 104 triliun.
Perinciannya, untuk pengadaan vaksin, vaksinasi, dan sarpras pendukungnya.
Anggaran itu diperuntukkan 181 juta penduduk yang menjadi target vaksinasi.

Kedua, kondisi makroekonomi Indonesia menunjukkan arah
pencapaian yang baik pada pengujung 2020. Pada triwulan III 2020 tumbuh sebesar
-3,49 persen (YoY), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar -5,32 persen
(YoY). Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi RI -2,19 persen
setelah pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi kita minus 2,07 persen, sedikit
lebih baik dari triwulan III 2020. Tingkat inflasi sampai Desember 2020 sebesar
1,68 persen (YoY) dan rata-rata nilai tukar rupiah USD 14.577. Dengan bekal
ini, saya yakin pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mencapai 3,3–4,2 persen.

Ketiga, desain APBN tahun ini diasumsikan atas dasar
keadaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan APBN perubahan 2020. Pada APBN
perubahan 2020, pertumbuhan ekonomi diasumsikan -0,4–2 persen; inflasi 2–4
persen; nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.900–Rp 15.500; tingkat pengangguran
7,8–8,5 persen; dan tingkat kemiskinan 9,1–10,2 persen.

APBN 2021 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5 persen dan
tingkat inflasi 3 persen. Asumsi inflasi lebih tinggi daripada realisasi 2020
karena sisi demand ekonomi RI mulai bergerak kembali. Nilai tukar rupiah
berkisar Rp 14.600/USD; tingkat pengangguran 7,7–9,1 persen; tingkat kemiskinan
9,2–9,7 persen; dan rasio Gini 0,377–0,379. Optimisme ini didasarkan pada
kinerja ekonomi yang membaik di akhir 2020 sebagaimana penjelasan di atas.

Baca Juga :  ZIS untuk Produktivitas Umat

Keempat, berbagai lembaga ekonomi dan keuangan
internasional mengasumsikan keadaan ekonomi dunia pada 2021 lebih baik daripada
tahun lalu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di kisaran 5,2 persen;
Bank Dunia 4,2 persen; serta OECD 5 persen. Bahkan, asumsi pertumbuhan ekonomi
2020 sebelum ada pandemi Covid-19 oleh tiga lembaga keuangan ini lebih rendah
daripada asumsi pertumbuhan ekonomi dunia 2021. IMF, misalnya, memperkirakan
pertumbuhan ekonomi dunia 2020 sebesar 3,3 persen; OECD 3,3 persen; dan Bank
Dunia 2,5 persen.

 

Tantangan Ekonomi 2021

Tantangan domestik yang paling pokok dalam hemat saya
adalah menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Sebab, saat dihajar Covid-19,
sektor riil mengalami lockdown beberapa saat, bahkan tidak bisa bergerak
leluasa sampai kini. Akibatnya, terjadi lonjakan pengangguran dan kemiskinan
pada 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, jumlah
pengangguran hingga Agustus 2020 meningkat 2,67 juta orang. Dengan demikian,
jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi 9,77 juta orang atau
7,07 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan juga mengalami peningkatan.

Angka kemiskinan sebenarnya naik sejak awal pandemi. Data
BPS menunjukkan, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 sebanyak 26,42
juta jiwa atau 9,78 persen. Angka ini meningkat daripada tahun sebelumnya yang
sebesar 9,41 persen atau 25,14 juta penduduk. Meskipun pada semester II 2020
BPS belum merilis angka kemiskinan, dapat kita perkirakan angkanya pasti naik.

Efektivitas program stimulus pada 2020 harus menjadi
pelajaran bagi upaya perbaikan tahun ini. Program perlindungan sosial masal
akan dilanjutkan. Di antaanya, memberikan program keluarga harapan (PKH) kepada
10 juta keluarga penerima manfaat (KPM); program kartu sembako untuk 18,8 juta
KPM; bansos tunai (10 juta KPM); dan siswa penerima bantuan program Indonesia
pintar (PIP) sebanyak 20,1 juta anak.

Baca Juga :  Petahana Kehilangan Mahkota

Ada juga program mahasiswa penerima kartu Indonesia pintar
(KIP) sebanyak 1,2 juta orang; subsidi listrik terhadap 32,8 juta rumah tangga
miskin dan penerima subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebanyak 29,9 juta
debitur; serta plafon KUR kita naikkan dari Rp 190 triliun menjadi Rp 220
triliun.

Selain itu, program subsidi energi terus dilanjutkan.
Misalnya, subsidi LPG sebanyak 7,5 juta metrik ton dan solar 15,8 juta
kiloliter. Untuk meringankan beban petani, ada subsidi pupuk sebanyak 8,2 juta
ton. Lalu, untuk membantu kebutuhan rumah layak dan sehat bagi rakyat,
pemerintah memberikan subsidi bantuan uang muka 157,5 ribu unit rumah. Masih
banyak lagi berbagai program stimulus seperti di sektor perpajakan,
transportasi, dan pariwisata.

Tantangan ketiga adalah eskalasi Covid-19 dan kecepatan
serta pemerataan program vaksinasi. Akhir-akhir ini masih terlihat
ketidakdisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Konsistensi
Satgas Covid-19 dalam penegakan disiplin prokes tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Selain itu, program vaksinasi Covid-19 harus diprioritaskan terhadap kelompok
rentan sehingga persebaran Covid-19 lebih bisa dikendalikan.

Tantangan keempat adalah tensi ekonomi-politik global.
Membaiknya ekonomi Amerika Serikat seiring dengan berhasilnya program vaksinasi
akan mendorong optimisme investor dan membuat USD ’’pulang kampung’’.
Akibatnya, tekanan terhadap rupiah tak terhindarkan. Termasuk dihentikannya
dukungan terhadap koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman, membuat kondisi
Timur Tengah lebih kondusif, sehingga potensi kenaikan harga minyak dunia tak
terhindarkan. Terlebih jika vaksinasi di berbagai negara berhasil, permintaan
terhadap minyak akan naik. (*)

 

M.H Said Abdullah, Ketua Badan Anggaran DPR

KITA sudah berada di triwulan I 2021. Tak terasa, hampir
setahun pandemi Covid-19 melanda dengan segala dampaknya. Namun, rasanya kita
patut menghadapi tahun ini dengan harapan yang lebih baik. Tiongkok, Amerika
Serikat, Turki, Brasil, dan beberapa negara di Eropa telah menjalankan program
vaksinasi dengan progres yang baik. Mudah-mudahan program vaksinasi yang
dicanangkan pemerintah segera berjalan masif, menjangkau lebih dari 181 juta
penduduk setahun ini.

Ada beberapa argumentasi kenapa kita patut optimistis tahun
ini. Pertama, program vaksinasi cegah Covid-19 telah dipersiapkan dengan matang
dan secara bertahap akan menjangkau seluruh rakyat Indonesia. APBN 2021
menganggarkan program kesehatan cegah Covid-19 sebesar Rp 104 triliun.
Perinciannya, untuk pengadaan vaksin, vaksinasi, dan sarpras pendukungnya.
Anggaran itu diperuntukkan 181 juta penduduk yang menjadi target vaksinasi.

Kedua, kondisi makroekonomi Indonesia menunjukkan arah
pencapaian yang baik pada pengujung 2020. Pada triwulan III 2020 tumbuh sebesar
-3,49 persen (YoY), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar -5,32 persen
(YoY). Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi RI -2,19 persen
setelah pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi kita minus 2,07 persen, sedikit
lebih baik dari triwulan III 2020. Tingkat inflasi sampai Desember 2020 sebesar
1,68 persen (YoY) dan rata-rata nilai tukar rupiah USD 14.577. Dengan bekal
ini, saya yakin pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mencapai 3,3–4,2 persen.

Ketiga, desain APBN tahun ini diasumsikan atas dasar
keadaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan APBN perubahan 2020. Pada APBN
perubahan 2020, pertumbuhan ekonomi diasumsikan -0,4–2 persen; inflasi 2–4
persen; nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.900–Rp 15.500; tingkat pengangguran
7,8–8,5 persen; dan tingkat kemiskinan 9,1–10,2 persen.

APBN 2021 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5 persen dan
tingkat inflasi 3 persen. Asumsi inflasi lebih tinggi daripada realisasi 2020
karena sisi demand ekonomi RI mulai bergerak kembali. Nilai tukar rupiah
berkisar Rp 14.600/USD; tingkat pengangguran 7,7–9,1 persen; tingkat kemiskinan
9,2–9,7 persen; dan rasio Gini 0,377–0,379. Optimisme ini didasarkan pada
kinerja ekonomi yang membaik di akhir 2020 sebagaimana penjelasan di atas.

Baca Juga :  ZIS untuk Produktivitas Umat

Keempat, berbagai lembaga ekonomi dan keuangan
internasional mengasumsikan keadaan ekonomi dunia pada 2021 lebih baik daripada
tahun lalu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di kisaran 5,2 persen;
Bank Dunia 4,2 persen; serta OECD 5 persen. Bahkan, asumsi pertumbuhan ekonomi
2020 sebelum ada pandemi Covid-19 oleh tiga lembaga keuangan ini lebih rendah
daripada asumsi pertumbuhan ekonomi dunia 2021. IMF, misalnya, memperkirakan
pertumbuhan ekonomi dunia 2020 sebesar 3,3 persen; OECD 3,3 persen; dan Bank
Dunia 2,5 persen.

 

Tantangan Ekonomi 2021

Tantangan domestik yang paling pokok dalam hemat saya
adalah menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Sebab, saat dihajar Covid-19,
sektor riil mengalami lockdown beberapa saat, bahkan tidak bisa bergerak
leluasa sampai kini. Akibatnya, terjadi lonjakan pengangguran dan kemiskinan
pada 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, jumlah
pengangguran hingga Agustus 2020 meningkat 2,67 juta orang. Dengan demikian,
jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi 9,77 juta orang atau
7,07 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan juga mengalami peningkatan.

Angka kemiskinan sebenarnya naik sejak awal pandemi. Data
BPS menunjukkan, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 sebanyak 26,42
juta jiwa atau 9,78 persen. Angka ini meningkat daripada tahun sebelumnya yang
sebesar 9,41 persen atau 25,14 juta penduduk. Meskipun pada semester II 2020
BPS belum merilis angka kemiskinan, dapat kita perkirakan angkanya pasti naik.

Efektivitas program stimulus pada 2020 harus menjadi
pelajaran bagi upaya perbaikan tahun ini. Program perlindungan sosial masal
akan dilanjutkan. Di antaanya, memberikan program keluarga harapan (PKH) kepada
10 juta keluarga penerima manfaat (KPM); program kartu sembako untuk 18,8 juta
KPM; bansos tunai (10 juta KPM); dan siswa penerima bantuan program Indonesia
pintar (PIP) sebanyak 20,1 juta anak.

Baca Juga :  Petahana Kehilangan Mahkota

Ada juga program mahasiswa penerima kartu Indonesia pintar
(KIP) sebanyak 1,2 juta orang; subsidi listrik terhadap 32,8 juta rumah tangga
miskin dan penerima subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebanyak 29,9 juta
debitur; serta plafon KUR kita naikkan dari Rp 190 triliun menjadi Rp 220
triliun.

Selain itu, program subsidi energi terus dilanjutkan.
Misalnya, subsidi LPG sebanyak 7,5 juta metrik ton dan solar 15,8 juta
kiloliter. Untuk meringankan beban petani, ada subsidi pupuk sebanyak 8,2 juta
ton. Lalu, untuk membantu kebutuhan rumah layak dan sehat bagi rakyat,
pemerintah memberikan subsidi bantuan uang muka 157,5 ribu unit rumah. Masih
banyak lagi berbagai program stimulus seperti di sektor perpajakan,
transportasi, dan pariwisata.

Tantangan ketiga adalah eskalasi Covid-19 dan kecepatan
serta pemerataan program vaksinasi. Akhir-akhir ini masih terlihat
ketidakdisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Konsistensi
Satgas Covid-19 dalam penegakan disiplin prokes tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Selain itu, program vaksinasi Covid-19 harus diprioritaskan terhadap kelompok
rentan sehingga persebaran Covid-19 lebih bisa dikendalikan.

Tantangan keempat adalah tensi ekonomi-politik global.
Membaiknya ekonomi Amerika Serikat seiring dengan berhasilnya program vaksinasi
akan mendorong optimisme investor dan membuat USD ’’pulang kampung’’.
Akibatnya, tekanan terhadap rupiah tak terhindarkan. Termasuk dihentikannya
dukungan terhadap koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman, membuat kondisi
Timur Tengah lebih kondusif, sehingga potensi kenaikan harga minyak dunia tak
terhindarkan. Terlebih jika vaksinasi di berbagai negara berhasil, permintaan
terhadap minyak akan naik. (*)

 

M.H Said Abdullah, Ketua Badan Anggaran DPR

Terpopuler

Artikel Terbaru