27.3 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Indonesia Akan Punya 6 Varian Vaksin Covid-19

KALTENGPOS.CO – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan akan
ada enam versi vaksin Merah Putih untuk penanganan COVID-19

“Karena menggunakan platform
yang berbeda-beda otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin,” kata
Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual yang diadakan di Gedung Graha
BNPB Jakarta, Selasa (27/10).

Enam versi vaksin tersebut
didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah
Putih dengan platofrm yang berbeda-beda, yakni Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada,
Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung.

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan
platform subunit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50
persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan
di November 2020.

Baca Juga :  Hari Ini Presiden Jokowi Berulang Tahun ke-60

LIPI mengembangkan vaksin dengan
platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin
dengan platform protein rekombinan. Universitas Indonesia mengembangkan vaksin
dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles.

Institut Teknologi Bandung
mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus, dan Universitas Airlangga
mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated
virus
(AAV).

Menristek Bambang menuturkan
pengembangan vaksin dengan berbagai platrom tersebut sebenarnya mirip dengan
yang dilakukan oleh banyak pihak luar negeri seperti AstraZeneca yang
menggunakan platform non-replicating
viral vector
, Moderna yang menggunakan platform RNA.

Sinovac dari China yang
menggunakan platform inactivated virus,
dan CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology yang menggunakan
platform non-replicating viral vector.
“Tetapi yang paling penting produksi sama yaitu vaksin COVID-19,”
tutur Bambang.

Baca Juga :  Antrean Mengular, Warga Antusias Menonton Upacara Penutupan PON Papua

Dia mengatakan perbedaan platform
yang digunakan dalam pengembangan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 tergantung
kepada teknologi yang dikuasai oleh masing-masing institusi atau peneliti.

“Saat ini enam institusi
bekerja masing-masing tetapi pada intinya akhirnya mereka akan keluar dengan
vaksin COVID-19 dan kita akan fasilitasi untuk produksinya,” tuturnya.

Menristek Bambang mengatakan
tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi adalah
sampai kepada menghasilkan prototipe atau bibit vaksin COVID-19, kemudian
pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa
melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut.

Bio Farma juga berencana akan
membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa
memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.

KALTENGPOS.CO – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan akan
ada enam versi vaksin Merah Putih untuk penanganan COVID-19

“Karena menggunakan platform
yang berbeda-beda otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin,” kata
Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual yang diadakan di Gedung Graha
BNPB Jakarta, Selasa (27/10).

Enam versi vaksin tersebut
didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah
Putih dengan platofrm yang berbeda-beda, yakni Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada,
Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung.

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan
platform subunit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50
persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan
di November 2020.

Baca Juga :  Hari Ini Presiden Jokowi Berulang Tahun ke-60

LIPI mengembangkan vaksin dengan
platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin
dengan platform protein rekombinan. Universitas Indonesia mengembangkan vaksin
dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles.

Institut Teknologi Bandung
mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus, dan Universitas Airlangga
mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated
virus
(AAV).

Menristek Bambang menuturkan
pengembangan vaksin dengan berbagai platrom tersebut sebenarnya mirip dengan
yang dilakukan oleh banyak pihak luar negeri seperti AstraZeneca yang
menggunakan platform non-replicating
viral vector
, Moderna yang menggunakan platform RNA.

Sinovac dari China yang
menggunakan platform inactivated virus,
dan CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology yang menggunakan
platform non-replicating viral vector.
“Tetapi yang paling penting produksi sama yaitu vaksin COVID-19,”
tutur Bambang.

Baca Juga :  Antrean Mengular, Warga Antusias Menonton Upacara Penutupan PON Papua

Dia mengatakan perbedaan platform
yang digunakan dalam pengembangan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 tergantung
kepada teknologi yang dikuasai oleh masing-masing institusi atau peneliti.

“Saat ini enam institusi
bekerja masing-masing tetapi pada intinya akhirnya mereka akan keluar dengan
vaksin COVID-19 dan kita akan fasilitasi untuk produksinya,” tuturnya.

Menristek Bambang mengatakan
tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi adalah
sampai kepada menghasilkan prototipe atau bibit vaksin COVID-19, kemudian
pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa
melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut.

Bio Farma juga berencana akan
membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa
memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.

Terpopuler

Artikel Terbaru