26.1 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Praktik Program Merdeka Belajar Ala Mas Menteri Nadiem Belum Tampak

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim meluncurkan
program Merdeka Belajar pada 20 Januari lalu. Setelah lebih sebulan berselang,
praktik program tersebut tidak nampak di lapangan. Kegiatan siswa di sekolah
masih sama saja seperti sebelum-sebelumnya. Perlu gerakan di tingkat akar
rumput untuk menjalankan program pendiri Gojek itu.

Sorotan itu disampaikan pencetus Gerakan
Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal. Dia mengatakan, program Merdeka
Belajar sudah lama diluncurkan, namun praktiknya masih belum nampak. “(Merdeka
belajar, Red) sebuah gebrakan yang sangat cocok untuk menyelesaikan masalah
pendidikan di Indonesia,” kata Rizal saat diwawancarai Rabu (26/2).

Program merdeka belajar diantaranya bakal
tertuang dalam bentuk penerapan asesmen sebagai pengganti USBN. Kemudian
meniadakan ujian nasional, menyederhanakan rencana program pembelajaran (RPP)
menjadi selembar saja, dan merevisi kebijakan zonasi dalam masa penerimaan
siswa baru. Menurut Rizal kegiatan itu tampak sebagai strategi yang
kontekstual.

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan, Tanwir Muhammadiyah Akan Digelar Daring

Namun kenyataannya, konsep yang matang
tersebut masih belum terlihat wujudnya dalam penerapan di level praktis.
Menurut Rizal, mengubah kebijakan memang tidak mudah dengan adanya birokrasi
yang berlapis-lapis. Apalagi kebijakan itu mengharuskan eselon pemerintah untuk
menggeser kultur standardisasi yang sudah bertahan selama berpuluh-puluh tahun
di Indonesia.

Lebih lanjut Rizal mengatakan, perlu ada
perubahan paradigma lewat gerakan akar rumput sebagai jalan tengah mengatasi
hambatan implementasi program Merdeka Belajar itu. “Apa yang dibutuhkan
Indonesia saat ini sebenarnya bukan sekadar perubahan birokrasi. Tapi perubahan
paradigma pendidikan,” jelasnya.

Perubahan paradigma itu mengarah pada
perubahan mindset guru. Kemudian juga kultur sekolah yang merdeka untuk bereksperimen
baik dalam pembelajaran, maupun pengelolaan perubahan sekolah. Rizal mengatakan
perubahan semacam itu hanya akan terjadi jika dilakukan lewat perubahan akar
rumput. Di antaranya adalah di kalangan guru.

Baca Juga :  98.668 Tenaga Kesehatan Batal Disuntik Vaksin Covid

Rizal menjelaskan para guru itulah yang paling
memahami dan menguasai kondisi pendidikan. “GSM mengakomodasi semangat
pergerakan guru-guru ini dengan framework yang mudah diterapkan dan mampu
menciptakan perubahan nyata,” kata pria yang juga dosen fakultas teknik UGM
itu. Dia menjelaskan, GSM sebagai platform gerakan akar rumput di bidang
pendidikan, bakal terus
mengubah paradigma para stakeholder pendidikan yang merupakan peran strategis.

Sehingga sekolah yang menyenangkan tidak hanya
dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja. Rizal menjelaskan, melalui
GSM mereka mengusahakan kualitas pendidikan yang merata. Selain itu berjuang
untuk memangkas tajamnya ketimpangan antara sekolah favorit dan pinggiran.
Baginya pendidikan berkualitas seharusnya menjadi hak semua anak dan sekolah di
Indonesia.(jpc)

 

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim meluncurkan
program Merdeka Belajar pada 20 Januari lalu. Setelah lebih sebulan berselang,
praktik program tersebut tidak nampak di lapangan. Kegiatan siswa di sekolah
masih sama saja seperti sebelum-sebelumnya. Perlu gerakan di tingkat akar
rumput untuk menjalankan program pendiri Gojek itu.

Sorotan itu disampaikan pencetus Gerakan
Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal. Dia mengatakan, program Merdeka
Belajar sudah lama diluncurkan, namun praktiknya masih belum nampak. “(Merdeka
belajar, Red) sebuah gebrakan yang sangat cocok untuk menyelesaikan masalah
pendidikan di Indonesia,” kata Rizal saat diwawancarai Rabu (26/2).

Program merdeka belajar diantaranya bakal
tertuang dalam bentuk penerapan asesmen sebagai pengganti USBN. Kemudian
meniadakan ujian nasional, menyederhanakan rencana program pembelajaran (RPP)
menjadi selembar saja, dan merevisi kebijakan zonasi dalam masa penerimaan
siswa baru. Menurut Rizal kegiatan itu tampak sebagai strategi yang
kontekstual.

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan, Tanwir Muhammadiyah Akan Digelar Daring

Namun kenyataannya, konsep yang matang
tersebut masih belum terlihat wujudnya dalam penerapan di level praktis.
Menurut Rizal, mengubah kebijakan memang tidak mudah dengan adanya birokrasi
yang berlapis-lapis. Apalagi kebijakan itu mengharuskan eselon pemerintah untuk
menggeser kultur standardisasi yang sudah bertahan selama berpuluh-puluh tahun
di Indonesia.

Lebih lanjut Rizal mengatakan, perlu ada
perubahan paradigma lewat gerakan akar rumput sebagai jalan tengah mengatasi
hambatan implementasi program Merdeka Belajar itu. “Apa yang dibutuhkan
Indonesia saat ini sebenarnya bukan sekadar perubahan birokrasi. Tapi perubahan
paradigma pendidikan,” jelasnya.

Perubahan paradigma itu mengarah pada
perubahan mindset guru. Kemudian juga kultur sekolah yang merdeka untuk bereksperimen
baik dalam pembelajaran, maupun pengelolaan perubahan sekolah. Rizal mengatakan
perubahan semacam itu hanya akan terjadi jika dilakukan lewat perubahan akar
rumput. Di antaranya adalah di kalangan guru.

Baca Juga :  98.668 Tenaga Kesehatan Batal Disuntik Vaksin Covid

Rizal menjelaskan para guru itulah yang paling
memahami dan menguasai kondisi pendidikan. “GSM mengakomodasi semangat
pergerakan guru-guru ini dengan framework yang mudah diterapkan dan mampu
menciptakan perubahan nyata,” kata pria yang juga dosen fakultas teknik UGM
itu. Dia menjelaskan, GSM sebagai platform gerakan akar rumput di bidang
pendidikan, bakal terus
mengubah paradigma para stakeholder pendidikan yang merupakan peran strategis.

Sehingga sekolah yang menyenangkan tidak hanya
dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja. Rizal menjelaskan, melalui
GSM mereka mengusahakan kualitas pendidikan yang merata. Selain itu berjuang
untuk memangkas tajamnya ketimpangan antara sekolah favorit dan pinggiran.
Baginya pendidikan berkualitas seharusnya menjadi hak semua anak dan sekolah di
Indonesia.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru