31.5 C
Jakarta
Wednesday, April 24, 2024

Liput Demo Mahasiswa, Tiga Wartawan Dikeroyok Aparat

MAKASSAR – Aksi unjuk rasa menolak sejumlah
rancangan undang-undang (RUU) kontroversi yang diwarnai kericuhan, juga
mengakibatkan korban dari pihak jurnalis. Setidaknya, ada tiga wartawan yang
dipukul dan dikeroyok saat meliput demonstrasi mahasiswa di Jalan Urip
Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Selasa (24/9/2019).

Tindakan represif itu dialami oleh wartawan Kantor Berita Antara Sulsel,
Muhammad Darwin Fathir, media online Inikata Sultra, Saiful Rania dan
Makkasartoday, Ishak.

Insiden pemukulan dan pengeroyokan itu terjadi saat para demonstran kembali
ke depan Kantor DPRD Sulsel sekitar pukul 16.00 Wita. Dan mereka mendapat
tindakan represif dari aparat.

Para pewarta yang mencoba mengambil gambar dan menegur tindakan represif
aparat pun ikut menjadi korban pengeroyokan.

Dari rekaman video yang diterima Pojoksulsel (Grup Pojoksatu.id/Jawa Pos
Group), Muhammad Darwin Fathir dikeryok oleh sejumlah polisi berpakaian lengkap
dengan pentungan. Meskipun dalam rekaman video itu, sejumlah wartawan berteriak
bahwa korban adalah wartawan.

Pengeroyokan itu berlangsung beberapa saat. Hingga beberapa polisi lainnya
melerai dan menyelamatkan Darwin Fathir. Padahal saat bertugas meliput
demonstrasi mahasiswa, Darwin Fathir memakai kartu tanda pengenal.

Baca Juga :  Begini Visi Misi Calon Panglima TNI Andika Perkasa,Ini Targetnya

Korban mengalami luka robek di kepala dan dilarikan ke Rumah Sakit Awal
Bross Makassar, yang tidak jauh dari lokasi pengeroyokan.

Berbeda, Saiful Rania juga dikeroyok oleh anggota polisi saat berusaha
mengambil foto saat polisi menertibkan para sejumlah demonstran.

Saiful Rania mengalami luka di kelopak mata bawah sebelah kiri. Kondisi
kelopak mata Saiful rania lebam.

“Saat Saya bertugas menggunakan ID card, tapi polisi tetap memukul saya
dengan pentumannya. Saya dipukul tepatnya di Warkop Flyover, di sampingnya,” kata
Saiful Rania dalam video yang diterima redaksi Pojoksulsel.

Saiful Rania mengaku dipukul oleh anggota polisi, karena berusaha mengambil
gambar saat sejumlah pengunjuk rasa ditertibkan. Meski telah memperlihatkan
kartu tanda pengenal, tapi ia tetap mendapat tindakan represif aparat.

“Saya dipukul karena saya mengambil gambar saat polisi melakukan
penyerangan terhadap mahasiswa. Saya diusir supaya tidak merekam gambar. Saya
berusaha menjauh tapi tetap dipukuli,” kata Saiful Rania.

Baca Juga :  Bertambah 7 Orang, Kini Sudah 24 Penumpang Sriwijaya Air Teridentifika

Beberapa anggota polisi yang mengamankan demonstrasi di Makassar juga
dilaporkan terluka. Namun belum diperoleh informasi pasti berapa jumlahnya.

Bahkan sejak berlangsungnya demonstrasi mahasiswa di Flyover dan Kantor
DPRD Sulsel, mobil polisi dan motor patroli polisi juga dirusak pengunjuk rasa.
Tidak hanya itu, pagar besi Kantor DPRD Sulsel ada yang jebol.

Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani meminta maaf atas insiden
pemukulan dan pengeroyokan wartawan di lokasi demonstrasi.

“Mohon maaf atas insiden tadi. Pelakunya akan kita berikan sanksi,” kata
Dicky Sondani.

Dicky Sondani mengatakan, anggota yang bertugas di lapangan tidak
mengetahui pasti antara demonstran dengan wartawan. Karenanya, dia mengimbau
agar wartawan memakai kartu tanda pengenal atau rompi pers.

“…Kalau situasi chaos jangan terlalu dekat dengan pelaku unjuk rasa. Polisi
mana tahu wartawan atau bukan. Yang kenal wartawan hanya Kapolres atau Kabid
Humas. Anggota tidak ada yang kenal. Mohon maaf apabila terjadi insiden tadi,”
katanya. (fly/pojoksulsel/fat/kpc)

MAKASSAR – Aksi unjuk rasa menolak sejumlah
rancangan undang-undang (RUU) kontroversi yang diwarnai kericuhan, juga
mengakibatkan korban dari pihak jurnalis. Setidaknya, ada tiga wartawan yang
dipukul dan dikeroyok saat meliput demonstrasi mahasiswa di Jalan Urip
Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Selasa (24/9/2019).

Tindakan represif itu dialami oleh wartawan Kantor Berita Antara Sulsel,
Muhammad Darwin Fathir, media online Inikata Sultra, Saiful Rania dan
Makkasartoday, Ishak.

Insiden pemukulan dan pengeroyokan itu terjadi saat para demonstran kembali
ke depan Kantor DPRD Sulsel sekitar pukul 16.00 Wita. Dan mereka mendapat
tindakan represif dari aparat.

Para pewarta yang mencoba mengambil gambar dan menegur tindakan represif
aparat pun ikut menjadi korban pengeroyokan.

Dari rekaman video yang diterima Pojoksulsel (Grup Pojoksatu.id/Jawa Pos
Group), Muhammad Darwin Fathir dikeryok oleh sejumlah polisi berpakaian lengkap
dengan pentungan. Meskipun dalam rekaman video itu, sejumlah wartawan berteriak
bahwa korban adalah wartawan.

Pengeroyokan itu berlangsung beberapa saat. Hingga beberapa polisi lainnya
melerai dan menyelamatkan Darwin Fathir. Padahal saat bertugas meliput
demonstrasi mahasiswa, Darwin Fathir memakai kartu tanda pengenal.

Baca Juga :  Begini Visi Misi Calon Panglima TNI Andika Perkasa,Ini Targetnya

Korban mengalami luka robek di kepala dan dilarikan ke Rumah Sakit Awal
Bross Makassar, yang tidak jauh dari lokasi pengeroyokan.

Berbeda, Saiful Rania juga dikeroyok oleh anggota polisi saat berusaha
mengambil foto saat polisi menertibkan para sejumlah demonstran.

Saiful Rania mengalami luka di kelopak mata bawah sebelah kiri. Kondisi
kelopak mata Saiful rania lebam.

“Saat Saya bertugas menggunakan ID card, tapi polisi tetap memukul saya
dengan pentumannya. Saya dipukul tepatnya di Warkop Flyover, di sampingnya,” kata
Saiful Rania dalam video yang diterima redaksi Pojoksulsel.

Saiful Rania mengaku dipukul oleh anggota polisi, karena berusaha mengambil
gambar saat sejumlah pengunjuk rasa ditertibkan. Meski telah memperlihatkan
kartu tanda pengenal, tapi ia tetap mendapat tindakan represif aparat.

“Saya dipukul karena saya mengambil gambar saat polisi melakukan
penyerangan terhadap mahasiswa. Saya diusir supaya tidak merekam gambar. Saya
berusaha menjauh tapi tetap dipukuli,” kata Saiful Rania.

Baca Juga :  Bertambah 7 Orang, Kini Sudah 24 Penumpang Sriwijaya Air Teridentifika

Beberapa anggota polisi yang mengamankan demonstrasi di Makassar juga
dilaporkan terluka. Namun belum diperoleh informasi pasti berapa jumlahnya.

Bahkan sejak berlangsungnya demonstrasi mahasiswa di Flyover dan Kantor
DPRD Sulsel, mobil polisi dan motor patroli polisi juga dirusak pengunjuk rasa.
Tidak hanya itu, pagar besi Kantor DPRD Sulsel ada yang jebol.

Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani meminta maaf atas insiden
pemukulan dan pengeroyokan wartawan di lokasi demonstrasi.

“Mohon maaf atas insiden tadi. Pelakunya akan kita berikan sanksi,” kata
Dicky Sondani.

Dicky Sondani mengatakan, anggota yang bertugas di lapangan tidak
mengetahui pasti antara demonstran dengan wartawan. Karenanya, dia mengimbau
agar wartawan memakai kartu tanda pengenal atau rompi pers.

“…Kalau situasi chaos jangan terlalu dekat dengan pelaku unjuk rasa. Polisi
mana tahu wartawan atau bukan. Yang kenal wartawan hanya Kapolres atau Kabid
Humas. Anggota tidak ada yang kenal. Mohon maaf apabila terjadi insiden tadi,”
katanya. (fly/pojoksulsel/fat/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru