25.3 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Covid-19 Terkendali, Indonesia Harus Cegah Gelombang Ketiga

PROKALTENG.CO-Indonesia disebut baru saja melewati second wave atau puncak kedua pandemi pada Juli lalu. Sebab tren penurunan kasus Covid-19 makin melandai tiap hari ditandai dengan angka positivity rate di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen. Akan tetapi, masyarakat diminta jangan lengah dan tetap waspada gelombang ketiga atau second wave.

Juru Bicara Pemerintah untuk Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut perkembangan Indonesia yang cukup terkendali saat ini harus dipertahankan secara maksimal agar Indonesia tidak masuk ke dalam third wave seperti yang dialami beberapa negara. Tugas besar sekarang adalah mempertahankan kurva yang tengah melandai ini.

“Terdapat 2 pelajaran utama menjadi catatan kita,” kata Prof Wiku secara virtual baru-baru ini.

Pertama adalah menjaga protokol kesehatan seiring pembukaan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Bila mempelajari perkembangan varian delta yang terbukti lebih cepat menular baik di negara asalnya India dan Indonesia, menunjukkan butuh waktu di kedua negara untuk mencapai fase lonjakan.

Baca Juga :  Wakapolri Baru Hingga Kabareskrim Dihadiahi Bintang 3

Di India, varian delta muncul sejak September 2020, namun lonjakan terjadi pada April 2021. Sementara di Indonesia varian delta ditemukan pada Januari 2021, namun lonjakan terjadi pada Juli 2021. Ini menandakan bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata karena varian Delta, tetapi akibat aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang tidak diimbangi dengan prokes ketat.

“Apabila kita mampu membatasi aktivitas sosial ekonomi, maka dampak dari varian tidak akan melonjak signifikan,” jelasnya.

Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia yang berselang 3 bulan dari dunia serta negara lain seperti India, Malaysia dan Jepang, maka sikap waspada dan disiplin protokol kesehatan diharuskan agar tidak menyusul negara lain mengalami third wave. Menurutnya, Indonesia dapat belajar dari India mengingat kasusnya melandai dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga :  50 Ribu Guru Jadi Target Peningkatan Kompetensi

Melihat pola Indonesia, mengalami periode puncak kasus sama dengan periode dunia, AS dan Jepang, yaitu pada Januari 2021. Namun uniknya, ketika dunia mengalami puncak kedua pada April, Indonesia mengalami pelandaian. Ketika Indonesia mengalami puncak kedua di Juli lalu, justru negara-negara lain dan dunia tidak mengalami kenaikan.

Dan pada September ini kasus Indonesia terus melandai sementara kasus dunia mengalami third wave. Lonjakan kedua di Indonesia pada Juni-Juli lalu, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kenaikan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan berkontribusi untuk kenaikan kasus dunia.

“Perkembangan yang baik ini sudah sepatutnya diapresiasi. Karena menunjukkan ketahanan bangsa kita dalam menghadapi pandemi Covid-19,” kata Prof Wiku.

PROKALTENG.CO-Indonesia disebut baru saja melewati second wave atau puncak kedua pandemi pada Juli lalu. Sebab tren penurunan kasus Covid-19 makin melandai tiap hari ditandai dengan angka positivity rate di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen. Akan tetapi, masyarakat diminta jangan lengah dan tetap waspada gelombang ketiga atau second wave.

Juru Bicara Pemerintah untuk Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut perkembangan Indonesia yang cukup terkendali saat ini harus dipertahankan secara maksimal agar Indonesia tidak masuk ke dalam third wave seperti yang dialami beberapa negara. Tugas besar sekarang adalah mempertahankan kurva yang tengah melandai ini.

“Terdapat 2 pelajaran utama menjadi catatan kita,” kata Prof Wiku secara virtual baru-baru ini.

Pertama adalah menjaga protokol kesehatan seiring pembukaan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Bila mempelajari perkembangan varian delta yang terbukti lebih cepat menular baik di negara asalnya India dan Indonesia, menunjukkan butuh waktu di kedua negara untuk mencapai fase lonjakan.

Baca Juga :  Wakapolri Baru Hingga Kabareskrim Dihadiahi Bintang 3

Di India, varian delta muncul sejak September 2020, namun lonjakan terjadi pada April 2021. Sementara di Indonesia varian delta ditemukan pada Januari 2021, namun lonjakan terjadi pada Juli 2021. Ini menandakan bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata karena varian Delta, tetapi akibat aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang tidak diimbangi dengan prokes ketat.

“Apabila kita mampu membatasi aktivitas sosial ekonomi, maka dampak dari varian tidak akan melonjak signifikan,” jelasnya.

Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia yang berselang 3 bulan dari dunia serta negara lain seperti India, Malaysia dan Jepang, maka sikap waspada dan disiplin protokol kesehatan diharuskan agar tidak menyusul negara lain mengalami third wave. Menurutnya, Indonesia dapat belajar dari India mengingat kasusnya melandai dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga :  50 Ribu Guru Jadi Target Peningkatan Kompetensi

Melihat pola Indonesia, mengalami periode puncak kasus sama dengan periode dunia, AS dan Jepang, yaitu pada Januari 2021. Namun uniknya, ketika dunia mengalami puncak kedua pada April, Indonesia mengalami pelandaian. Ketika Indonesia mengalami puncak kedua di Juli lalu, justru negara-negara lain dan dunia tidak mengalami kenaikan.

Dan pada September ini kasus Indonesia terus melandai sementara kasus dunia mengalami third wave. Lonjakan kedua di Indonesia pada Juni-Juli lalu, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kenaikan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan berkontribusi untuk kenaikan kasus dunia.

“Perkembangan yang baik ini sudah sepatutnya diapresiasi. Karena menunjukkan ketahanan bangsa kita dalam menghadapi pandemi Covid-19,” kata Prof Wiku.

Terpopuler

Artikel Terbaru