25.3 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Hari Ini Puncak Arus Balik

PROKALTENG.CO-Pemerintah memperkirakan puncak pergerakan arus balik ke kota-kota besar terjadi hari ini (17/5). Bersamaan dengan itu, muncul kekhawatiran penularan kasus Covid-19 antarwilayah. Apalagi, aktivitas masyarakat menjelang dan saat libur Lebaran ternyata meningkat. Baik di pusat perbelanjaan maupun tempat wisata.

Kabid Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sony B. Harmadi menjelaskan, pihaknya menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19 akibat aktivitas selama Lebaran. Namun, sejauh ini, tren kasus terpantau stabil.

”Belum bisa terlihat. Kondisinya masih terkendali dan trennya baik. Baru akan kita lihat pengaruhnya dalam 1–2 minggu ke depan,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (16/5).

Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, pertambahan kasus positif harian dalam beberapa hari terakhir relatif landai. Yakni, di kisaran 4 ribu kasus per hari. Bahkan, pada 15 Mei lalu, kasus positif turun ke angka 2.385 kasus. Kemudian sedikit meningkat kemarin dengan 3.080 kasus.

Meski begitu, co-founder kawalcovid19.id Elina Tjiptadi memperingatkan, penurunan kasus harian bisa jadi dipicu menurunnya jumlah tes selama masa liburan Idul Fitri. Hal itu terlihat dari tren kasus kematian yang naik sejak April 2021. Padahal, kenaikan kasus positif terlihat stagnan. ”Indikasinya, kasus sedikit karena tes sedikit. Tapi, akibatnya, banyak yang terlambat terdeteksi sehingga tidak tertolong,” jelas Elina.

Menurut catatan kawalcovid19.id, daerah-daerah dengan fatality rate tinggi terkonsentrasi di Aceh dan Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bengkulu, Jatim, serta Papua Barat. Padahal, kata Elina, Jatim dan Sumsel memiliki kasus aktif yang relatif rendah. ”Kasus aktif nggak banyak. Kan semestinya rumah sakit tidak kewalahan, tingkat kematian tidak seharusnya tinggi. Kalau tingkat kematian tinggi, tapi kasus aktif sedikit, berarti tes dan trace yang harus digenjot,” terangnya.

Dia menambahkan, data sudah mengindikasikan kenaikan persentase kematian selama lebih dari sebulan, tapi kenaikan kasus tetap stagnan. Itu mengindikasikan banyak kasus yang belum terdeteksi. Karena itu, pemerintah di semua daerah perlu menggenjot testing dan tracing. Terutama setelah mudik dan arus balik. ”Tidak menunggu parah dulu, baru dites,” ucapnya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama, jika kerumunan di masyarakat tidak dapat dihindarkan lagi, sistem kesehatan dan surveilans harus segera disiapkan. Pertama, kesiapan pelayanan kesehatan primer. Baik puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lain yang biasa dikunjungi masyarakat. Sistem komunikasi dan rujukan harus tetap terjaga antara fasyankes primer dengan RS. Kemudian, kesiapan rumah sakit dari sisi petugas kesehatan dan penunjang serta ketersediaan ruang perawatan. ”Bila perlu, sampai ke tenda darurat,” kata Yoga.

Baca Juga :  Istana Siapkan Draft Perppu KPK

Penunjang lain seperti obat treatment Covid-19, ventilator, oksigen, dan APD bagi para petugas juga perlu disiapkan. ”Juga perlu dibuat sistem agar kalau terjadi kekurangan di salah satu dari lima poin itu, maka bagaimana dapat ditangani secara cepat agar pasien tertolong,” tuturnya.

Pemerintah juga mengantisipasi pergerakan balik dari pulau Sumatera menuju Jawa lewat penyeberangan Merak–Bakauheni. Pos-pos penyekatan akan diperketat dengan skrining tes antigen. Untuk mereka yang positif, sudah disiapkan beberapa hotel dan tempat isolasi di sekitar Lampung. Pemprov Lampung menyediakan fasilitas isolasi seperti rusun dan wisma. Bila dibutuhkan, pemerintah pusat akan menyiapkan hotel atau losmen di wilayah Lampung. ”Kemudian, jika ada pelaku perjalanan yang mengalami gejala dan merupakan kelompok rentan, harus pada kesempatan pertama dirawat di rumah sakit yang disiapkan Pemprov Lampung,” papar Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo.

Kapolda Lampung Hendro Sugiatno menambahkan, setiap pos mengeluarkan stiker tertentu untuk kendaraan. Kendaraan yang mendapat stiker di satu pos tidak akan dihentikan lagi di pos berikutnya. ”Sudah kami koordinasi supaya tidak ada penumpukan arus balik di satu titik,” tuturnya.

Jika terjadi kepadatan di Pelabuhan Bakauheni, pihak pelabuhan akan melapor ke pos terdekat di rest area Km 20 tol Jakarta–Merak. Petugas rest area Km 20 bakal menutup pintu keluar rest area sampai ada lampu hijau dari pos di pelabuhan. Begitu pula jika rest area 20 padat, akan diberitahukan ke pos rest area 49 agar menahan kendaraan.

”Begitu seterusnya ke belakang. Jadi, tidak terjadi penumpukan di titik mana pun,” jelas Hendro.

PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) melaporkan, mulai 22 April hingga 15 Mei 2021, tercatat ada 440.012 orang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera. Angka tersebut jauh di bawah prediksi 1,5 juta penyeberang. Artinya, jumlah itu pula yang diperkirakan kembali menyeberang ke Jawa lewat Bakauheni. ”Tanpa terkecuali, semua penyeberang harus menjalani rapid test. Yang positif bukan diputar balik, tapi langsung dikarantina. Jangan sampai terjadi fenomena pingpong,” tegas Doni.

Yang dimaksud Doni adalah pergerakan bolak-balik Jawa dan Sumatera dalam mengoper virus korona. Saat di Pulau Jawa banyak yang merah dan Sumatera banyak yang kuning dan hijau, lalu para penyeberang Jawa membawa virus ke Sumatera. Sebaliknya, ketika Jawa relatif landai, banyak daerah berstatus kuning dan hijau, sedangkan banyak daerah di Sumatera yang berstatus oranye dan merah. Doni mengatakan, jangan sampai karena keteledoran di perbatasan atau area penyeberangan, virus itu balik ke Jawa. ”Sebab, kalau itu terjadi, sama saja pingpong. Tidak akan selesai-selesai,” ujarnya.

Baca Juga :  Polri Tangani 104 Kasus Hoax Covid-19, Terbanyak di Jakarta dan Jatim

Satu lagi yang harus dihindari adalah fenomena pengendalian korona ala balon. ”Balon kan kalau ditekan di satu sisi, sisi lain akan menggelembung. Kuncinya, disiplin dan kerja sama semua pihak. Petugas bergerak satu komando, pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan baik, didukung masyarakat yang sadar menerapkan protokol kesehatan,” papar Doni.

Di sisi lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meninjau penerapan rapid antigen secara acak bagi pengendara motor yang menuju arah Jabodetabek di Posko Balonggandu, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kemarin. Budi telah meminta Dirjen Perhubungan Darat berkoordinasi intensif dengan Korlantas Polri untuk mengawasi arus lalu lintas. Sebab, diperkirakan, banyak warga yang belum kembali.

Menhub juga mengimbau masyarakat yang akan melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi untuk menjalani tes kesehatan secara mandiri. Dengan begitu, mereka tak perlu lagi mengikuti tes acak. Hal itu sekaligus menghindari penumpukan di posko pengecekan kesehatan. ”Semuanya bukan untuk menyusahkan saudara-saudara kita yang melakukan perjalanan. Tapi, ini merupakan upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19,” tuturnya.

Sejak 15 Mei lalu, pemerintah melakukan pengetatan arus balik bagi pengguna kendaraan roda empat dan dua dari arah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan pengecekan kesehatan rapid antigen secara acak. Titik penyekatan dan titik pemeriksaan kesehatan ditingkatkan untuk memastikan pengguna jalan tidak berpotensi membawa virus itu kembali ke Jabodetabek. Tiga titik yang diperketat berada di sekitar Karawang, tepatnya di Jembatan Timbang Balonggandu, pos Tegal Gubug Susukan, dan wilayah Indramayu ke arah Jatibarang.

Polri telah memeriksa 50.315 kendaraan pada Sabtu (15/5). Dari jumlah itu, sebanyak 36.468 kendaraan sudah diputar balik. Kadivhumas Polri Irjen Argo Yuwono menjelaskan, kendaraan-kendaraan yang diputar balik itu dari 22 titik penyekatan di tol, 147 titik sekat arteri, dan 212 jalur alternatif. ”Diputar balik karena tidak memenuhi persyaratan,” paparnya.

Yang juga mengkhawatirkan, saat Polri melakukan rapid test secara acak. Dari 3.250 kali rapid test, 24 pemudik dinyatakan positif. ”Yang positif langsung dikirim ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tes PCR dan isolasi,” terangnya.

PROKALTENG.CO-Pemerintah memperkirakan puncak pergerakan arus balik ke kota-kota besar terjadi hari ini (17/5). Bersamaan dengan itu, muncul kekhawatiran penularan kasus Covid-19 antarwilayah. Apalagi, aktivitas masyarakat menjelang dan saat libur Lebaran ternyata meningkat. Baik di pusat perbelanjaan maupun tempat wisata.

Kabid Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sony B. Harmadi menjelaskan, pihaknya menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19 akibat aktivitas selama Lebaran. Namun, sejauh ini, tren kasus terpantau stabil.

”Belum bisa terlihat. Kondisinya masih terkendali dan trennya baik. Baru akan kita lihat pengaruhnya dalam 1–2 minggu ke depan,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (16/5).

Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, pertambahan kasus positif harian dalam beberapa hari terakhir relatif landai. Yakni, di kisaran 4 ribu kasus per hari. Bahkan, pada 15 Mei lalu, kasus positif turun ke angka 2.385 kasus. Kemudian sedikit meningkat kemarin dengan 3.080 kasus.

Meski begitu, co-founder kawalcovid19.id Elina Tjiptadi memperingatkan, penurunan kasus harian bisa jadi dipicu menurunnya jumlah tes selama masa liburan Idul Fitri. Hal itu terlihat dari tren kasus kematian yang naik sejak April 2021. Padahal, kenaikan kasus positif terlihat stagnan. ”Indikasinya, kasus sedikit karena tes sedikit. Tapi, akibatnya, banyak yang terlambat terdeteksi sehingga tidak tertolong,” jelas Elina.

Menurut catatan kawalcovid19.id, daerah-daerah dengan fatality rate tinggi terkonsentrasi di Aceh dan Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bengkulu, Jatim, serta Papua Barat. Padahal, kata Elina, Jatim dan Sumsel memiliki kasus aktif yang relatif rendah. ”Kasus aktif nggak banyak. Kan semestinya rumah sakit tidak kewalahan, tingkat kematian tidak seharusnya tinggi. Kalau tingkat kematian tinggi, tapi kasus aktif sedikit, berarti tes dan trace yang harus digenjot,” terangnya.

Dia menambahkan, data sudah mengindikasikan kenaikan persentase kematian selama lebih dari sebulan, tapi kenaikan kasus tetap stagnan. Itu mengindikasikan banyak kasus yang belum terdeteksi. Karena itu, pemerintah di semua daerah perlu menggenjot testing dan tracing. Terutama setelah mudik dan arus balik. ”Tidak menunggu parah dulu, baru dites,” ucapnya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama, jika kerumunan di masyarakat tidak dapat dihindarkan lagi, sistem kesehatan dan surveilans harus segera disiapkan. Pertama, kesiapan pelayanan kesehatan primer. Baik puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lain yang biasa dikunjungi masyarakat. Sistem komunikasi dan rujukan harus tetap terjaga antara fasyankes primer dengan RS. Kemudian, kesiapan rumah sakit dari sisi petugas kesehatan dan penunjang serta ketersediaan ruang perawatan. ”Bila perlu, sampai ke tenda darurat,” kata Yoga.

Baca Juga :  Istana Siapkan Draft Perppu KPK

Penunjang lain seperti obat treatment Covid-19, ventilator, oksigen, dan APD bagi para petugas juga perlu disiapkan. ”Juga perlu dibuat sistem agar kalau terjadi kekurangan di salah satu dari lima poin itu, maka bagaimana dapat ditangani secara cepat agar pasien tertolong,” tuturnya.

Pemerintah juga mengantisipasi pergerakan balik dari pulau Sumatera menuju Jawa lewat penyeberangan Merak–Bakauheni. Pos-pos penyekatan akan diperketat dengan skrining tes antigen. Untuk mereka yang positif, sudah disiapkan beberapa hotel dan tempat isolasi di sekitar Lampung. Pemprov Lampung menyediakan fasilitas isolasi seperti rusun dan wisma. Bila dibutuhkan, pemerintah pusat akan menyiapkan hotel atau losmen di wilayah Lampung. ”Kemudian, jika ada pelaku perjalanan yang mengalami gejala dan merupakan kelompok rentan, harus pada kesempatan pertama dirawat di rumah sakit yang disiapkan Pemprov Lampung,” papar Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo.

Kapolda Lampung Hendro Sugiatno menambahkan, setiap pos mengeluarkan stiker tertentu untuk kendaraan. Kendaraan yang mendapat stiker di satu pos tidak akan dihentikan lagi di pos berikutnya. ”Sudah kami koordinasi supaya tidak ada penumpukan arus balik di satu titik,” tuturnya.

Jika terjadi kepadatan di Pelabuhan Bakauheni, pihak pelabuhan akan melapor ke pos terdekat di rest area Km 20 tol Jakarta–Merak. Petugas rest area Km 20 bakal menutup pintu keluar rest area sampai ada lampu hijau dari pos di pelabuhan. Begitu pula jika rest area 20 padat, akan diberitahukan ke pos rest area 49 agar menahan kendaraan.

”Begitu seterusnya ke belakang. Jadi, tidak terjadi penumpukan di titik mana pun,” jelas Hendro.

PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) melaporkan, mulai 22 April hingga 15 Mei 2021, tercatat ada 440.012 orang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera. Angka tersebut jauh di bawah prediksi 1,5 juta penyeberang. Artinya, jumlah itu pula yang diperkirakan kembali menyeberang ke Jawa lewat Bakauheni. ”Tanpa terkecuali, semua penyeberang harus menjalani rapid test. Yang positif bukan diputar balik, tapi langsung dikarantina. Jangan sampai terjadi fenomena pingpong,” tegas Doni.

Yang dimaksud Doni adalah pergerakan bolak-balik Jawa dan Sumatera dalam mengoper virus korona. Saat di Pulau Jawa banyak yang merah dan Sumatera banyak yang kuning dan hijau, lalu para penyeberang Jawa membawa virus ke Sumatera. Sebaliknya, ketika Jawa relatif landai, banyak daerah berstatus kuning dan hijau, sedangkan banyak daerah di Sumatera yang berstatus oranye dan merah. Doni mengatakan, jangan sampai karena keteledoran di perbatasan atau area penyeberangan, virus itu balik ke Jawa. ”Sebab, kalau itu terjadi, sama saja pingpong. Tidak akan selesai-selesai,” ujarnya.

Baca Juga :  Polri Tangani 104 Kasus Hoax Covid-19, Terbanyak di Jakarta dan Jatim

Satu lagi yang harus dihindari adalah fenomena pengendalian korona ala balon. ”Balon kan kalau ditekan di satu sisi, sisi lain akan menggelembung. Kuncinya, disiplin dan kerja sama semua pihak. Petugas bergerak satu komando, pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan baik, didukung masyarakat yang sadar menerapkan protokol kesehatan,” papar Doni.

Di sisi lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meninjau penerapan rapid antigen secara acak bagi pengendara motor yang menuju arah Jabodetabek di Posko Balonggandu, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kemarin. Budi telah meminta Dirjen Perhubungan Darat berkoordinasi intensif dengan Korlantas Polri untuk mengawasi arus lalu lintas. Sebab, diperkirakan, banyak warga yang belum kembali.

Menhub juga mengimbau masyarakat yang akan melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi untuk menjalani tes kesehatan secara mandiri. Dengan begitu, mereka tak perlu lagi mengikuti tes acak. Hal itu sekaligus menghindari penumpukan di posko pengecekan kesehatan. ”Semuanya bukan untuk menyusahkan saudara-saudara kita yang melakukan perjalanan. Tapi, ini merupakan upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19,” tuturnya.

Sejak 15 Mei lalu, pemerintah melakukan pengetatan arus balik bagi pengguna kendaraan roda empat dan dua dari arah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan pengecekan kesehatan rapid antigen secara acak. Titik penyekatan dan titik pemeriksaan kesehatan ditingkatkan untuk memastikan pengguna jalan tidak berpotensi membawa virus itu kembali ke Jabodetabek. Tiga titik yang diperketat berada di sekitar Karawang, tepatnya di Jembatan Timbang Balonggandu, pos Tegal Gubug Susukan, dan wilayah Indramayu ke arah Jatibarang.

Polri telah memeriksa 50.315 kendaraan pada Sabtu (15/5). Dari jumlah itu, sebanyak 36.468 kendaraan sudah diputar balik. Kadivhumas Polri Irjen Argo Yuwono menjelaskan, kendaraan-kendaraan yang diputar balik itu dari 22 titik penyekatan di tol, 147 titik sekat arteri, dan 212 jalur alternatif. ”Diputar balik karena tidak memenuhi persyaratan,” paparnya.

Yang juga mengkhawatirkan, saat Polri melakukan rapid test secara acak. Dari 3.250 kali rapid test, 24 pemudik dinyatakan positif. ”Yang positif langsung dikirim ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tes PCR dan isolasi,” terangnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru