25.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Waspada! Jaringan Ekonomi Kelompok Teroris JI Makin Kuat

JAKARTA – Polri terus mendalami kekuatan ekonomi
kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Para Wijayanto. Perekonomian
yang begitu mumpuni membuat jaringan teroris ini semakin kuat dan telah menguasai
beberapa wilayah Indonesia.

Pengamat Terorisme, Al-Chaidar mengakui bahwa JI adalah kelompok teroris
yang memiliki kekuatan basic ekonomi yang mapan. Basic perekonomian ini sudah
dibangun sejak lama. Bukan cuma perkebunan kelapa sawit tapi beberapa bisnis
lain, seperti perhotelan dan pabrik herbal yang cukup besar.

“Ya, mereka tak cuma punya industri sawit, tetapi juga bisnis perhotelan
yang berlokasi di sejumlah tempat wisata, sejak tahun 2007 lalu. Dan hotel itu
dibangun dengan konsep hotel pada umumnya, bukan yang syar’i,” kata Al-Chaidar kepada
wartawan, Minggu (14/7).

Adapun untuk bisnis industri obat herbal yang dimiliki kelompok terlarang
di Indonesia ini, diakui Al-Chaidar, pabriknya cukup besar dan ada di beberapa
daerah untuk didistribusikan ke kota-kota besar di Tanah Air.

“Pabrik-pabrik obat herbal ini menjadi salah satu basic ekonomi mereka
untuk bertahan dan juga mendanai sejumlah kegiatan organisasi, bahkan kini
bisnis itu sudah mapan sekali ya,” ucapnya.

Terpisah, Karopenmas Divisi Humas Polri mengakui, hasil pengembangan dan
investigasi tim Densus 88 terhadap para terduga teroris jaringan JI yang
ditangkap diketahui, ternyata kelompok ini memiliki perkembangan organisasinya
semakin bagus dan kuat.

“Ya, pengembangan tim sementara diketahui organisasi ini semakin bagus,
mereka punya deputi umum, sekretaris dan juga bendahara yang kemarin berhasil
diamankan di Magetan, Jawa Timur. Kemudian, beberapa kurir yang sudah masuk ke
dalam kategori terpapar paham JI,” kata Dedi.

Baca Juga :  Sistem Zonasi PPDB Bakal Diatur Perpres

Selain itu, diakui Dedi, kelompok JI yang dipimpin oleh mantan ahli
intelejennya, sekaligus cukup mengenal tokoh-tokoh utama JI seperti, Dr Azhari,
Nurdin M Top, dan sebagainya juga telah banyak menyiapkan rencana dan strategi
guna membesarkan kelompok tersebut.

Menurut Dedi, sejumlah rencana dan strategi baru yang sedang coba dibangun,
antara lain upaya membuat Tamkin atau penguasaan beberapa wilayah di Indonesia
dengan perkuat pembentukan organisasi lebih modern yang di dalamnya ada
struktural khusus penyandang dana.

“Penyandang dana atau pencari dana ini tentu memiliki basic ekonomi yang
mumpuni dengan bisnis-bisnisnya, seperti perkebunan kelapa sawit dan bisnis
lainnya yang hingga kini masih didalami dan dikembangkan tim Densus 88,”
jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Dedi, kelompok JI ini juga memiliki pola rekruitmen
yang lebih tertutup melalui bisnis maupun media lainnya. Dan para rekruitmennya
itu kemudian dilatih dengan diberikan kesempatan untuk ke luar negeri mengikuti
langsing praktek perang di Syria dan Irak.

“Ya pernah saya sampaikan, sudah ada enam gelombang diberangkatkan ke Syria
dan Irak untuk praktik perang. Totalnya, sekitar 12 orang dan diantaranya, ada
yang sudah bolak-balik lebih dari dua kali, dan ada yang belum sempat kesana
tapi hanya sampai Turki kemudian dideportasi,” tutur Dedi.

Baca Juga :  Kelamaan Tak Sekolah karena Pandemi, 11 Pelajar SMP Putuskan Menikah

Hal lain, Dedi menyampaikan, kelompok JI juga berusaha lakukan
propaganda-propaganda dengan menggunakan media, baik media sosial maupun media
yang akan dibuatnya sendiri. Dan ini semata-mata dalam rangka membentuk satu
opini tentang kelompok tersebut.

Lebih jauh, kata Dedi, yang perlu diperhatikan masyarakat, kelompok JI ini
kerap lakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk
melakukan metamorfosa, dan mempersiapkan diri secara rahasia atau silent teror,
mempersiapkan managemen chaos.

“Untuk managemen chaos ini, mereka lakukan dengan melihat dinamika di
masyatakat ketika terjadi demo, mereka bisa lakukan upaya serangan secara
silent dan membuat chaos, kemudian setelah itu strategi berikut melakukan
polarisasi umat, hingga pembentukan daulah-daulah di sejumlah daerah,”
terangnya.

Dedi mengungkapkan, adapun terkait wilayah yang menjadi target atau sudah
dikuasai kelompok JI ini terakhir, daerah Jawa. Sedangkan untuk wilayah
pendukung perekonomian, antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.

“Wilayah Jawa detailnya tidak bisa kami sampaikan, ini bagian teknis
penyidikan karena memang tim masih melakukan pendalaman dan pengembangan lebih
lanjut terhadap kelompok ini. Dan fokus kita di sini sedang memastikan aliran
dananya, dan itu bisa terungkap jika Deputi-Deputinya tertangkap,” pungkas
Dedi. (mhf/gw/fin/kpc)

JAKARTA – Polri terus mendalami kekuatan ekonomi
kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Para Wijayanto. Perekonomian
yang begitu mumpuni membuat jaringan teroris ini semakin kuat dan telah menguasai
beberapa wilayah Indonesia.

Pengamat Terorisme, Al-Chaidar mengakui bahwa JI adalah kelompok teroris
yang memiliki kekuatan basic ekonomi yang mapan. Basic perekonomian ini sudah
dibangun sejak lama. Bukan cuma perkebunan kelapa sawit tapi beberapa bisnis
lain, seperti perhotelan dan pabrik herbal yang cukup besar.

“Ya, mereka tak cuma punya industri sawit, tetapi juga bisnis perhotelan
yang berlokasi di sejumlah tempat wisata, sejak tahun 2007 lalu. Dan hotel itu
dibangun dengan konsep hotel pada umumnya, bukan yang syar’i,” kata Al-Chaidar kepada
wartawan, Minggu (14/7).

Adapun untuk bisnis industri obat herbal yang dimiliki kelompok terlarang
di Indonesia ini, diakui Al-Chaidar, pabriknya cukup besar dan ada di beberapa
daerah untuk didistribusikan ke kota-kota besar di Tanah Air.

“Pabrik-pabrik obat herbal ini menjadi salah satu basic ekonomi mereka
untuk bertahan dan juga mendanai sejumlah kegiatan organisasi, bahkan kini
bisnis itu sudah mapan sekali ya,” ucapnya.

Terpisah, Karopenmas Divisi Humas Polri mengakui, hasil pengembangan dan
investigasi tim Densus 88 terhadap para terduga teroris jaringan JI yang
ditangkap diketahui, ternyata kelompok ini memiliki perkembangan organisasinya
semakin bagus dan kuat.

“Ya, pengembangan tim sementara diketahui organisasi ini semakin bagus,
mereka punya deputi umum, sekretaris dan juga bendahara yang kemarin berhasil
diamankan di Magetan, Jawa Timur. Kemudian, beberapa kurir yang sudah masuk ke
dalam kategori terpapar paham JI,” kata Dedi.

Baca Juga :  Sistem Zonasi PPDB Bakal Diatur Perpres

Selain itu, diakui Dedi, kelompok JI yang dipimpin oleh mantan ahli
intelejennya, sekaligus cukup mengenal tokoh-tokoh utama JI seperti, Dr Azhari,
Nurdin M Top, dan sebagainya juga telah banyak menyiapkan rencana dan strategi
guna membesarkan kelompok tersebut.

Menurut Dedi, sejumlah rencana dan strategi baru yang sedang coba dibangun,
antara lain upaya membuat Tamkin atau penguasaan beberapa wilayah di Indonesia
dengan perkuat pembentukan organisasi lebih modern yang di dalamnya ada
struktural khusus penyandang dana.

“Penyandang dana atau pencari dana ini tentu memiliki basic ekonomi yang
mumpuni dengan bisnis-bisnisnya, seperti perkebunan kelapa sawit dan bisnis
lainnya yang hingga kini masih didalami dan dikembangkan tim Densus 88,”
jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Dedi, kelompok JI ini juga memiliki pola rekruitmen
yang lebih tertutup melalui bisnis maupun media lainnya. Dan para rekruitmennya
itu kemudian dilatih dengan diberikan kesempatan untuk ke luar negeri mengikuti
langsing praktek perang di Syria dan Irak.

“Ya pernah saya sampaikan, sudah ada enam gelombang diberangkatkan ke Syria
dan Irak untuk praktik perang. Totalnya, sekitar 12 orang dan diantaranya, ada
yang sudah bolak-balik lebih dari dua kali, dan ada yang belum sempat kesana
tapi hanya sampai Turki kemudian dideportasi,” tutur Dedi.

Baca Juga :  Kelamaan Tak Sekolah karena Pandemi, 11 Pelajar SMP Putuskan Menikah

Hal lain, Dedi menyampaikan, kelompok JI juga berusaha lakukan
propaganda-propaganda dengan menggunakan media, baik media sosial maupun media
yang akan dibuatnya sendiri. Dan ini semata-mata dalam rangka membentuk satu
opini tentang kelompok tersebut.

Lebih jauh, kata Dedi, yang perlu diperhatikan masyarakat, kelompok JI ini
kerap lakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk
melakukan metamorfosa, dan mempersiapkan diri secara rahasia atau silent teror,
mempersiapkan managemen chaos.

“Untuk managemen chaos ini, mereka lakukan dengan melihat dinamika di
masyatakat ketika terjadi demo, mereka bisa lakukan upaya serangan secara
silent dan membuat chaos, kemudian setelah itu strategi berikut melakukan
polarisasi umat, hingga pembentukan daulah-daulah di sejumlah daerah,”
terangnya.

Dedi mengungkapkan, adapun terkait wilayah yang menjadi target atau sudah
dikuasai kelompok JI ini terakhir, daerah Jawa. Sedangkan untuk wilayah
pendukung perekonomian, antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.

“Wilayah Jawa detailnya tidak bisa kami sampaikan, ini bagian teknis
penyidikan karena memang tim masih melakukan pendalaman dan pengembangan lebih
lanjut terhadap kelompok ini. Dan fokus kita di sini sedang memastikan aliran
dananya, dan itu bisa terungkap jika Deputi-Deputinya tertangkap,” pungkas
Dedi. (mhf/gw/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru