29 C
Jakarta
Wednesday, April 24, 2024

RS Kewalahan Tangani Covid-19, Layanan IGD Dihentikan Sementara

PROKALTENG.CO-Lonjakan kasus Covid-19 membuat beberapa rumah sakit kewalahan. Di Surabaya, tingginya bed occupancy ratio (BOR) mengakibatkan sejumlah rumah sakit overload. Beberapa RS bahkan terpaksa menutup sementara layanan untuk pasien Covid-19.

Penutupan layanan itu, antara lain, dilakukan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS) Jemursari. Sejak Sabtu (3/7), RS tersebut mengumumkan melakukan lockdown pada pelayanan IGD untuk pasien Covid-19. Alasannya, fasilitas tidak memungkinkan dan kendala pada tenaga kesehatan (nakes).

Total hingga kemarin ada 54 nakes di sana yang terpapar Covid-19. Yang paling banyak adalah apoteker. Lalu, asisten apoteker, dokter spesialis (seperti urologi dan obgyn), dan pegawai operasional. “Kemungkinan masih akan nambah karena hari ini (kemarin, Red) dilakukan tes PCR pada beberapa sekretariat direksi,” ujar Direktur RSIS Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka SpOG (K) KFM kepada Jawa Pos kemarin.

Bangun menjelaskan, keputusan lockdown bukan perkara mudah bagi RS. Pihaknya sempat mendapat bully maupun protes dari masyarakat. ”Kami ini membantu, tapi tolong juga dimengerti. Ojok di-bully, diseneni wong akeh. Karena terus terang sebetulnya kami ndak mau nutup. Itu eyel-eyelane berat. Tapi, mau bagaimana lagi. Sudah tidak ada tempat dan nakes kami pun burnout, kecapekan,’’ terang dokter yang juga mantan direktur RSUD dr Soedono Madiun itu.

Baca Juga :  Kemenag Pastikan Tidak Akan Terbitkan Surat Halal Vaksin AstraZeneca

Kebijakan lockdown diambil demi bisa mengurai ruangan IGD yang penuh oleh pasien Covid. Selain itu, demi menjaga kondisi dan mental nakes agar mereka tidak menanggung beban yang terlampau berat. Bangun mengungkapkan, rata-rata pasien stuck di IGD selama 3–4 hari. Mereka belum bisa dipindahkan karena ruang isolasi sedang full.

Pemkot Jogja Siapkan Selter

Pemkot Jogja berencana menyiapkan selter tambahan unit isolasi terpusat di Rumah Susun Sederhana (Rusunawa) Gemawang di wilayah Sleman. Selter Gemawang milik DIY itu siap digunakan pada pekan depan.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja Heroe Poerwadi (HP) mengatakan, saat ini tengah dilakukan berbagai persiapan di Rusunawa Gemawang sebelum digunakan. Termasuk melakukan berbagai perbaikan sarana dan prasarana. ’’Mulai minggu depan kita akan membuka selter Gemawang di wilayah Sleman. Saat ini sedang dilakukan perbaikan dan renovasi seperlunya,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Jogja kemarin (5/7).

Wakil wali kota Jogja itu menjelaskan, Rusunawa Gemawang dengan kapasitas 34 kamar diperuntukkan pasien dengan kondisi rumah yang tidak layak untuk isolasi mandiri (isoman). Dengan catatan, orang tanpa gejala (OTG) yang mendapat rekomendasi isoman dari puskesmas setempat.

Baca Juga :  Utang Indonesia Semakin Membengkak, Sekarang Jadi Rp 6.361 Triliun

Satgas Oksigen di Jateng

Di Semarang, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga membentuk Satgas Oksigen. Anggotanya sejumlah instansi, termasuk Ditreskrimsus Polda Jateng. Satgas Oksigen dibentuk untuk memastikan suplai oksigen di Jateng aman.

Ganjar mengatakan, Satgas Oksigen bertugas menghitung seluruh stok oksigen di Jateng. Jumlahnya berapa, ada di mana saja, dan berapa kebutuhan yang diminta rumah sakit. ’’Jadi, semua bisa ditangani sesuai data. Ini inline dengan hasil rapat kemarin bersama Menko Marinvest, menteri kesehatan, dan lainnya terkait oksigen,’’ jelasnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Satgas Oksigen, lanjut Ganjar, akan menampung keluhan-keluhan dari rumah sakit di Jateng. Selain itu, satgas juga diminta membantu, memfasilitasi, termasuk mencarikan jalan keluar untuk pemenuhannya. ’’Kami minta sedikit ngoyak-oyak. Kenapa ini penting dilakukan agar tidak ada delay berkepanjangan. Karena bisa berakibat fatal bagi pasien,’’ jelasnya.

Satgas Oksigen, lanjut Ganjar, akan menampung keluhan-keluhan dari rumah sakit di Jateng. Selain itu, satgas juga diminta membantu, memfasilitasi, termasuk mencarikan jalan keluar untuk pemenuhannya. ’’Kami minta sedikit ngoyak-oyak. Kenapa ini penting dilakukan agar tidak ada delay berkepanjangan. Karena bisa berakibat fatal bagi pasien,’’ jelasnya.

PROKALTENG.CO-Lonjakan kasus Covid-19 membuat beberapa rumah sakit kewalahan. Di Surabaya, tingginya bed occupancy ratio (BOR) mengakibatkan sejumlah rumah sakit overload. Beberapa RS bahkan terpaksa menutup sementara layanan untuk pasien Covid-19.

Penutupan layanan itu, antara lain, dilakukan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS) Jemursari. Sejak Sabtu (3/7), RS tersebut mengumumkan melakukan lockdown pada pelayanan IGD untuk pasien Covid-19. Alasannya, fasilitas tidak memungkinkan dan kendala pada tenaga kesehatan (nakes).

Total hingga kemarin ada 54 nakes di sana yang terpapar Covid-19. Yang paling banyak adalah apoteker. Lalu, asisten apoteker, dokter spesialis (seperti urologi dan obgyn), dan pegawai operasional. “Kemungkinan masih akan nambah karena hari ini (kemarin, Red) dilakukan tes PCR pada beberapa sekretariat direksi,” ujar Direktur RSIS Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka SpOG (K) KFM kepada Jawa Pos kemarin.

Bangun menjelaskan, keputusan lockdown bukan perkara mudah bagi RS. Pihaknya sempat mendapat bully maupun protes dari masyarakat. ”Kami ini membantu, tapi tolong juga dimengerti. Ojok di-bully, diseneni wong akeh. Karena terus terang sebetulnya kami ndak mau nutup. Itu eyel-eyelane berat. Tapi, mau bagaimana lagi. Sudah tidak ada tempat dan nakes kami pun burnout, kecapekan,’’ terang dokter yang juga mantan direktur RSUD dr Soedono Madiun itu.

Baca Juga :  Kemenag Pastikan Tidak Akan Terbitkan Surat Halal Vaksin AstraZeneca

Kebijakan lockdown diambil demi bisa mengurai ruangan IGD yang penuh oleh pasien Covid. Selain itu, demi menjaga kondisi dan mental nakes agar mereka tidak menanggung beban yang terlampau berat. Bangun mengungkapkan, rata-rata pasien stuck di IGD selama 3–4 hari. Mereka belum bisa dipindahkan karena ruang isolasi sedang full.

Pemkot Jogja Siapkan Selter

Pemkot Jogja berencana menyiapkan selter tambahan unit isolasi terpusat di Rumah Susun Sederhana (Rusunawa) Gemawang di wilayah Sleman. Selter Gemawang milik DIY itu siap digunakan pada pekan depan.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja Heroe Poerwadi (HP) mengatakan, saat ini tengah dilakukan berbagai persiapan di Rusunawa Gemawang sebelum digunakan. Termasuk melakukan berbagai perbaikan sarana dan prasarana. ’’Mulai minggu depan kita akan membuka selter Gemawang di wilayah Sleman. Saat ini sedang dilakukan perbaikan dan renovasi seperlunya,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Jogja kemarin (5/7).

Wakil wali kota Jogja itu menjelaskan, Rusunawa Gemawang dengan kapasitas 34 kamar diperuntukkan pasien dengan kondisi rumah yang tidak layak untuk isolasi mandiri (isoman). Dengan catatan, orang tanpa gejala (OTG) yang mendapat rekomendasi isoman dari puskesmas setempat.

Baca Juga :  Utang Indonesia Semakin Membengkak, Sekarang Jadi Rp 6.361 Triliun

Satgas Oksigen di Jateng

Di Semarang, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga membentuk Satgas Oksigen. Anggotanya sejumlah instansi, termasuk Ditreskrimsus Polda Jateng. Satgas Oksigen dibentuk untuk memastikan suplai oksigen di Jateng aman.

Ganjar mengatakan, Satgas Oksigen bertugas menghitung seluruh stok oksigen di Jateng. Jumlahnya berapa, ada di mana saja, dan berapa kebutuhan yang diminta rumah sakit. ’’Jadi, semua bisa ditangani sesuai data. Ini inline dengan hasil rapat kemarin bersama Menko Marinvest, menteri kesehatan, dan lainnya terkait oksigen,’’ jelasnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Satgas Oksigen, lanjut Ganjar, akan menampung keluhan-keluhan dari rumah sakit di Jateng. Selain itu, satgas juga diminta membantu, memfasilitasi, termasuk mencarikan jalan keluar untuk pemenuhannya. ’’Kami minta sedikit ngoyak-oyak. Kenapa ini penting dilakukan agar tidak ada delay berkepanjangan. Karena bisa berakibat fatal bagi pasien,’’ jelasnya.

Satgas Oksigen, lanjut Ganjar, akan menampung keluhan-keluhan dari rumah sakit di Jateng. Selain itu, satgas juga diminta membantu, memfasilitasi, termasuk mencarikan jalan keluar untuk pemenuhannya. ’’Kami minta sedikit ngoyak-oyak. Kenapa ini penting dilakukan agar tidak ada delay berkepanjangan. Karena bisa berakibat fatal bagi pasien,’’ jelasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru