25.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Donald Trump Siap Buka Transkrip Percakapan dengan Presiden Ukraina

Presiden AS Donald Trump memberikan kejutan sebelum pergelaran
sidang terbuka pemakzulan pekan ini. Dia menyatakan siap membuka
dokumen-dokumen lain tentang percakapannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr
Zelensky.

Trump menyebut tawarannya saat dicegat awak media sebelum
menaiki Air Force One di Markas Gabungan Andrews Sabtu lalu (9/11). Suami
Melania itu tak berkeberatan membuka transkrip telepon dengan Zelensky pada
April lalu. “Mereka (Demokrat, Red) ingin tahu percakapan lain. Saya akan
menyediakan transkripnya,” ujar sang taipan menurut CNN.

Selama ini, anggota Dewan Perwakilan AS berfokus terhadap
percakapan dua kepala negara pada 25 Juli. Mereka menuduh bahwa Trump mendesak
Zelensky untuk memulai kembali penyelidikan tentang Hunter Biden, anak kandidat
Presiden Joe Biden. Percakapan itu merupakan kali kedua mereka berkomunikasi.

Tiga bulan sebelumnya, Trump menelepon Zelensky untuk memberikan
selamat. Zelensky baru saja terpilih sebagai presiden Ukraina saat itu. “Anda
akan membaca percakapan lainnya. Lihat saja apakah ada yang salah dengan itu,”
terang mertua Jared Kushner itu.

Hal tersebut jelas membuat semua jantung elite politik berdetak
kencang. Saat ini belum ada yang tahu isi percakapan pertama antara Trump dan
Zelensky. Kubu Republik takut isi percakapan menguatkan dugaan quid pro quo
(bantuan dibalas bantuan). Namun, Demokrat juga resah bahwa percakapan itu tak
menyebut sedikit pun Hunter Biden.

Baca Juga :  Ahli Hongkong Sebut Vaksin Pfizer Lebih Manjur Dibanding Sinovac

Pekan ini merupakan waktu genting bagi kedua fraksi di Dewan
Perwakilan. Rabu nanti (13/11) mereka menggelar sidang terbuka pertama mengenai
pemakzulan presiden. Sidang tersebut bakal memanggil William B. Taylor Jr.
alias Bill Taylor. Pelaksana tugas Dubes AS untuk Ukraina itu merupakan saksi
yang paling vokal memprotes penangguhan bantuan militer oleh AS.

“Ini adalah jaringan pembuat kebijakan yang tak biasa terkait
dengan Ukraina,” ungkap Taylor.

Politikus Republik sudah siap-siap untuk menghambat Demokrat.
Devin Nunes, petinggi Komisi Intelijen Dewan Perwakilan dari Republik,
mengirimkan surat permintaan pemanggilan beberapa saksi. Di antaranya, Hunter
Biden, mantan karyawan Fusion Nellie Ohr, dan mantan Staf Democratic National
Committee Alexandra Chalupastaffer. Mereka juga tak lupa meminta whistleblower
kasus Trump-Zelensky untuk maju sebagai saksi.

“Penolakan terhadap permintaan kami akan menjadi bukti bahwa
Anda tak memedulikan asas keadilan,” tulis Nune kepada Ketua Komisi Intelijen
Adam Schiff seperti dilansir New York Times.

Baca Juga :  Cueki Telpon dari Nomor Tak Dikenal, Ternyata Menang Lotre Rp21 Miliar

Schiff langsung angkat suara mengenai permintaan itu. Menurut
dia. beberapa saksi tak berhubungan dengan skandal Trump-Zelensky. Nellie Ohr
dan Alexandra Chalupastaffer justru lebih berhubungan dengan dugaan serangan
siber yang dilakukan peretas asal Ukraina kepada Trump.

“Kami juga tak akan membiarkan Presiden Trump mengintimidasi
pengadu. Dia harus diberi penghargaan, yakni status anonim,” tegas Schiff
seperti dilansir Fox News.

Republik memang punya harapan untuk melepaskan Trump dari
jeratan Demokrat. Mereka bisa menekankan bahwa Rudy Giuliani, pengacara pribadi
Trump, melobi Ukraina atas kepentingan pribadi. Sementara itu, Dubes AS untuk
EU Gordon Sondland hanya salah mengartikan perkataan Trump.

“Demokrat sedang berusaha membangun menara yang sangat tinggi.
Republik tinggal mencabut beberapa bata yang goyah dan meruntuhkannya,” jelas
Ross H. Garber, pakar hukum tentang pemakzulan.

Hal tersebut terlihat dalam pertanyaan Lee Zeldin, anggota
Fraksi Republik, kepada Taylor. Dia mengatakan bahwa Taylor memperoleh
informasi penangguhan bantuan militer dari Penasihat National Security Council
Tim Morrison. Morrison pun mendengar informasi tersebut dari mulut Sondland.(jpc)

 

Presiden AS Donald Trump memberikan kejutan sebelum pergelaran
sidang terbuka pemakzulan pekan ini. Dia menyatakan siap membuka
dokumen-dokumen lain tentang percakapannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr
Zelensky.

Trump menyebut tawarannya saat dicegat awak media sebelum
menaiki Air Force One di Markas Gabungan Andrews Sabtu lalu (9/11). Suami
Melania itu tak berkeberatan membuka transkrip telepon dengan Zelensky pada
April lalu. “Mereka (Demokrat, Red) ingin tahu percakapan lain. Saya akan
menyediakan transkripnya,” ujar sang taipan menurut CNN.

Selama ini, anggota Dewan Perwakilan AS berfokus terhadap
percakapan dua kepala negara pada 25 Juli. Mereka menuduh bahwa Trump mendesak
Zelensky untuk memulai kembali penyelidikan tentang Hunter Biden, anak kandidat
Presiden Joe Biden. Percakapan itu merupakan kali kedua mereka berkomunikasi.

Tiga bulan sebelumnya, Trump menelepon Zelensky untuk memberikan
selamat. Zelensky baru saja terpilih sebagai presiden Ukraina saat itu. “Anda
akan membaca percakapan lainnya. Lihat saja apakah ada yang salah dengan itu,”
terang mertua Jared Kushner itu.

Hal tersebut jelas membuat semua jantung elite politik berdetak
kencang. Saat ini belum ada yang tahu isi percakapan pertama antara Trump dan
Zelensky. Kubu Republik takut isi percakapan menguatkan dugaan quid pro quo
(bantuan dibalas bantuan). Namun, Demokrat juga resah bahwa percakapan itu tak
menyebut sedikit pun Hunter Biden.

Baca Juga :  Ahli Hongkong Sebut Vaksin Pfizer Lebih Manjur Dibanding Sinovac

Pekan ini merupakan waktu genting bagi kedua fraksi di Dewan
Perwakilan. Rabu nanti (13/11) mereka menggelar sidang terbuka pertama mengenai
pemakzulan presiden. Sidang tersebut bakal memanggil William B. Taylor Jr.
alias Bill Taylor. Pelaksana tugas Dubes AS untuk Ukraina itu merupakan saksi
yang paling vokal memprotes penangguhan bantuan militer oleh AS.

“Ini adalah jaringan pembuat kebijakan yang tak biasa terkait
dengan Ukraina,” ungkap Taylor.

Politikus Republik sudah siap-siap untuk menghambat Demokrat.
Devin Nunes, petinggi Komisi Intelijen Dewan Perwakilan dari Republik,
mengirimkan surat permintaan pemanggilan beberapa saksi. Di antaranya, Hunter
Biden, mantan karyawan Fusion Nellie Ohr, dan mantan Staf Democratic National
Committee Alexandra Chalupastaffer. Mereka juga tak lupa meminta whistleblower
kasus Trump-Zelensky untuk maju sebagai saksi.

“Penolakan terhadap permintaan kami akan menjadi bukti bahwa
Anda tak memedulikan asas keadilan,” tulis Nune kepada Ketua Komisi Intelijen
Adam Schiff seperti dilansir New York Times.

Baca Juga :  Cueki Telpon dari Nomor Tak Dikenal, Ternyata Menang Lotre Rp21 Miliar

Schiff langsung angkat suara mengenai permintaan itu. Menurut
dia. beberapa saksi tak berhubungan dengan skandal Trump-Zelensky. Nellie Ohr
dan Alexandra Chalupastaffer justru lebih berhubungan dengan dugaan serangan
siber yang dilakukan peretas asal Ukraina kepada Trump.

“Kami juga tak akan membiarkan Presiden Trump mengintimidasi
pengadu. Dia harus diberi penghargaan, yakni status anonim,” tegas Schiff
seperti dilansir Fox News.

Republik memang punya harapan untuk melepaskan Trump dari
jeratan Demokrat. Mereka bisa menekankan bahwa Rudy Giuliani, pengacara pribadi
Trump, melobi Ukraina atas kepentingan pribadi. Sementara itu, Dubes AS untuk
EU Gordon Sondland hanya salah mengartikan perkataan Trump.

“Demokrat sedang berusaha membangun menara yang sangat tinggi.
Republik tinggal mencabut beberapa bata yang goyah dan meruntuhkannya,” jelas
Ross H. Garber, pakar hukum tentang pemakzulan.

Hal tersebut terlihat dalam pertanyaan Lee Zeldin, anggota
Fraksi Republik, kepada Taylor. Dia mengatakan bahwa Taylor memperoleh
informasi penangguhan bantuan militer dari Penasihat National Security Council
Tim Morrison. Morrison pun mendengar informasi tersebut dari mulut Sondland.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru