27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Penyebaran Semakin Masif, Arab Saudi Semakin Panik

PEMERINTAH Arab Saudi makin panik menyusul penyebaran virus corona
jenis baru (COVID-19) yang begitu masif di Iran hingga negara timur tengah
lainnya. Langkah menutup traffic bagi jemaah umrah ternyata belum cukup. Kini
pemerintah setempat mengeluarkan larangan bagi Warga Negara Indonesia (WNI)
termasuk warga negara asing lainnya untuk tidak melakukan perjalanan ke kota
Mekkah dan Madinah untuk sementara.

Pemerintah Arab Saudi menilai,
penyebaran virus yang berasal dari Cina daratan ini sangat membahayakan bagi
masyarakat setempat dan dapat melumpuhkan sektor ekomomi menjelang aktivitas
rutin ibadah umrah maupun haji yang menjadi agenda setiap tahunnya.

Terlebih data terakhir dari
Otoritas kesehatan Cina pada Minggu (8/3) menunjukan terdapat 44 kasus baru
virus corona yang terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 27 orang atau 80.695
orang meninggal dunia akibat virus yang terus menyebar hingga penjuru dunia
itu.

Kedutaan Besar Republik Indonesia
di Riyadh membenarkan adanya imbauan larangan itu. KBRI pun langsung
mengeluarkan imbauan agar WNI di Arab Saudi tidak melakukan perjalanan ke kota
Mekkah dan Madinah untuk sementara. Surat tertulis diterima Fajar Indonesia
Network, Minggu (8/3) dari KBRI Riyadh.

”Hingga saat ini masih berlaku
larangan sementara untuk tidak melakukan ibadah umrah bagi jemaah umrah dari
seluruh negara, termasuk warga negara Arab Saudi dan ekspatriat yang tinggal di
luar dan di dalam kota Mekkah dan Madinah,” terang Duta Besar Agus Maftuh
Abegebriel lewat pesan singkatnya dan dipertegas denga surat KBRI Riyadh.

Baca Juga :  Arab Kirim Astronot Pertama ke Luar Angkasa

Dalam penjelasannya, otoritas
Arab Saudi juga membatasi seluruh kedatangan pesawat dari Uni Emirat Arab,
Kuwait, dan Bahrain menjadi hanya melalui tiga bandara. Ketiganya yakni,
Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, Bandara Internasional King
Abdulaziz di Jeddah, dan Bandara Internasional King Fahd di Dammam.

Kebijakan itu diberlakukan mulai
tanggal 7 Maret 2020, di mana pada hari yang sama, Kementerian Olahraga Arab
Saudi melarang kehadiran penonton dalam setiap pertandingan olahraga. Sementara
Raja Salman Abdulaziz juga mengeluarkan dekrit mengenai pembukaan kembali
pelataran tawaf. ”Namun pembukaan pelataran tawaf ini bukan diperuntukkan bagi
jemaah umrah, melainkan untuk tawaf-tawaf sunah yang bukan bagian dari tawaf
ibadah umrah,” jelasnya.

Selain itu, KBRI juga
mengingatkan kepada WNI agar berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan
kembali informasi terkait COVID-19. ”Mengingat ancaman bagi penyebar hoaks di
Arab Saudi sangat tinggi, yaitu denda tiga juta riyal Arab Saudi dan penjara
lima tahun,” jelas KBRI Riyadh.

Apa yang dilakukan Pemerintah
Arab Saudi dengan memberikan warning kepada WNI merupakan hal wajar. Imbauan
itu menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil
Siradj sebuah kebaikan dan harus dihormati. Ini bukan sebatas langkah ketakutan
atas wabah yang menyerang beberapa negara di Timur Tengah.

Baca Juga :  Penjelasan Pemerintah Soal Pencabutan Bebas Visa bagi Warga Tiongkok

Bahkan, Said Aqil Siradj juga
langkah menghentikan sementara ibadah umrah maupun pelaksanaan ibadah haji
tahun ini dihentikan sementara karena wabah COVID-19. ”Lho tidak apa-apa. Itu
namanya ada uzur syar’i. (Adanya corona) Itu kehendak Allah, bukan kita. Tidak
apa-apa (tahun ini jika tidak ada pelaksanaan haji karena corona). Sudah ada
niat baik, itu sudah dapat pahala,” jelasnya.

Ia mengatakan, penghentian
sementara kedatangan jamaah umrah dari berbagai negara, termasuk Indonesia,
adalah upaya pemerintah Arab Saudi menyelamatkan umat dari virus corona.
”Pemerintah Arab Saudi ingin menyelamatkan umat Islam yang akan pergi ke sana,
karena di sana belum betul-betul steril dari corona,” terangnya.

Dalam sejarah Islam, kata dia,
pernah terjadi peristiwa serupa yang mengganggu pelaksanaan ibadah umrah.
”Begini ya, di Zaman Sayyidina Umar pernah ada (wabah) seperti ini, korbannya
sahabat besar, Amir Ubaid bin Jarrah (Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin
al-Jarrah), bukan (mengganggu haji), tapi umrah,” ucapnya.

Tentu saja, Said Aqil berharap
situasi dunia yang terguncang karena corona segera pulih dalam kondisi normal,
termasuk tak sampai mengganggu pelaksanaan ibadah haji tahun ini. ”Harapannya
selesai. Mudah-mudahan cepat selesai, steril (Arab Saudi), dan dibuka lagi
umrah. Hingga pelaksanaan ibadah Haji juga berjalan seperti biasa,” tuturnya. (fin/ful/nto)

PEMERINTAH Arab Saudi makin panik menyusul penyebaran virus corona
jenis baru (COVID-19) yang begitu masif di Iran hingga negara timur tengah
lainnya. Langkah menutup traffic bagi jemaah umrah ternyata belum cukup. Kini
pemerintah setempat mengeluarkan larangan bagi Warga Negara Indonesia (WNI)
termasuk warga negara asing lainnya untuk tidak melakukan perjalanan ke kota
Mekkah dan Madinah untuk sementara.

Pemerintah Arab Saudi menilai,
penyebaran virus yang berasal dari Cina daratan ini sangat membahayakan bagi
masyarakat setempat dan dapat melumpuhkan sektor ekomomi menjelang aktivitas
rutin ibadah umrah maupun haji yang menjadi agenda setiap tahunnya.

Terlebih data terakhir dari
Otoritas kesehatan Cina pada Minggu (8/3) menunjukan terdapat 44 kasus baru
virus corona yang terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 27 orang atau 80.695
orang meninggal dunia akibat virus yang terus menyebar hingga penjuru dunia
itu.

Kedutaan Besar Republik Indonesia
di Riyadh membenarkan adanya imbauan larangan itu. KBRI pun langsung
mengeluarkan imbauan agar WNI di Arab Saudi tidak melakukan perjalanan ke kota
Mekkah dan Madinah untuk sementara. Surat tertulis diterima Fajar Indonesia
Network, Minggu (8/3) dari KBRI Riyadh.

”Hingga saat ini masih berlaku
larangan sementara untuk tidak melakukan ibadah umrah bagi jemaah umrah dari
seluruh negara, termasuk warga negara Arab Saudi dan ekspatriat yang tinggal di
luar dan di dalam kota Mekkah dan Madinah,” terang Duta Besar Agus Maftuh
Abegebriel lewat pesan singkatnya dan dipertegas denga surat KBRI Riyadh.

Baca Juga :  Arab Kirim Astronot Pertama ke Luar Angkasa

Dalam penjelasannya, otoritas
Arab Saudi juga membatasi seluruh kedatangan pesawat dari Uni Emirat Arab,
Kuwait, dan Bahrain menjadi hanya melalui tiga bandara. Ketiganya yakni,
Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, Bandara Internasional King
Abdulaziz di Jeddah, dan Bandara Internasional King Fahd di Dammam.

Kebijakan itu diberlakukan mulai
tanggal 7 Maret 2020, di mana pada hari yang sama, Kementerian Olahraga Arab
Saudi melarang kehadiran penonton dalam setiap pertandingan olahraga. Sementara
Raja Salman Abdulaziz juga mengeluarkan dekrit mengenai pembukaan kembali
pelataran tawaf. ”Namun pembukaan pelataran tawaf ini bukan diperuntukkan bagi
jemaah umrah, melainkan untuk tawaf-tawaf sunah yang bukan bagian dari tawaf
ibadah umrah,” jelasnya.

Selain itu, KBRI juga
mengingatkan kepada WNI agar berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan
kembali informasi terkait COVID-19. ”Mengingat ancaman bagi penyebar hoaks di
Arab Saudi sangat tinggi, yaitu denda tiga juta riyal Arab Saudi dan penjara
lima tahun,” jelas KBRI Riyadh.

Apa yang dilakukan Pemerintah
Arab Saudi dengan memberikan warning kepada WNI merupakan hal wajar. Imbauan
itu menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil
Siradj sebuah kebaikan dan harus dihormati. Ini bukan sebatas langkah ketakutan
atas wabah yang menyerang beberapa negara di Timur Tengah.

Baca Juga :  Penjelasan Pemerintah Soal Pencabutan Bebas Visa bagi Warga Tiongkok

Bahkan, Said Aqil Siradj juga
langkah menghentikan sementara ibadah umrah maupun pelaksanaan ibadah haji
tahun ini dihentikan sementara karena wabah COVID-19. ”Lho tidak apa-apa. Itu
namanya ada uzur syar’i. (Adanya corona) Itu kehendak Allah, bukan kita. Tidak
apa-apa (tahun ini jika tidak ada pelaksanaan haji karena corona). Sudah ada
niat baik, itu sudah dapat pahala,” jelasnya.

Ia mengatakan, penghentian
sementara kedatangan jamaah umrah dari berbagai negara, termasuk Indonesia,
adalah upaya pemerintah Arab Saudi menyelamatkan umat dari virus corona.
”Pemerintah Arab Saudi ingin menyelamatkan umat Islam yang akan pergi ke sana,
karena di sana belum betul-betul steril dari corona,” terangnya.

Dalam sejarah Islam, kata dia,
pernah terjadi peristiwa serupa yang mengganggu pelaksanaan ibadah umrah.
”Begini ya, di Zaman Sayyidina Umar pernah ada (wabah) seperti ini, korbannya
sahabat besar, Amir Ubaid bin Jarrah (Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin
al-Jarrah), bukan (mengganggu haji), tapi umrah,” ucapnya.

Tentu saja, Said Aqil berharap
situasi dunia yang terguncang karena corona segera pulih dalam kondisi normal,
termasuk tak sampai mengganggu pelaksanaan ibadah haji tahun ini. ”Harapannya
selesai. Mudah-mudahan cepat selesai, steril (Arab Saudi), dan dibuka lagi
umrah. Hingga pelaksanaan ibadah Haji juga berjalan seperti biasa,” tuturnya. (fin/ful/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru